Trimurti Ilyas, Calon Wakil Bupati Padang Pariaman Independen
Menyempurnakan Pengabdian Ditengah Pertanian yang Memprihatinkan
Pariaman--Sebagai seorang konsultan Bank Dunia, yang membidangi pemberdayaan
masyarakat tani dan pengembangan usaha tani di Kabupaten Padang
Pariaman, membuat Ir. Hj. Trimurti Ilyas, M.M tahu betul betapa para
petani di daerah itu masih susah untuk berkembang. Nyaris setiap hari
istri dari Ir. H. Mahyuddin Taharudin ini menerima keluhan serta problem
dikalangan petani itu sendiri.
Menjawab Singgalang, Selasa
(13/4) lalu di kediamannya Kurai Taji, Kecamatan Pariaman Selatan, Kota
Pariaman Trimurti sang calon Wakil Bupati Padang Pariaman yang akan
mendampingi Drs. Lukman Syam, sebagai calon independen itu
mengaku prihatin dengan nasib yang masih melilit petani di kampunya,
Padang Pariaman. "Berangkat dari realita itulah, saya beranikan diri
untuk ikut bersaing dalam Pilkada 30 Juni nanti. Sebab, perjuangan yang
dilakukan lewat konsultan, tidak bisa secara maksimal. Satu-satunya
jalan untuk bisa berbuat lebih banyak lagi dikalangan petani dengan
merebut kekuasaan," katanya.
Menurut ibu kelahiran Pariaman, 21
Maret 1948 itu, potensi pertanian yang ada di Padang Pariaman cukup
bagus untuk dikembangkan kearah yang jauh lebih baik lagi. Namun, upaya
kearah itu masih belum bisa maksimal. "Sebagai seorang yang lama
berkiprah di Departemen Pertanian RI, saya banyak tahu tentang
pengembangan pertanian demikian. Itu pula sebabnya mengapa pemerintah
masih mempercayai saya sebagai tenaga konsultan dibidang pertanian.
Padahal, saya baru saja pensiun dari pegawai pemerintah pusat," katanya.
Ibu dari Sitti Maidatun Naimah dan
Sitti Aulia Lutfiani itu mengaku ikut maju hanyalah untuk
menyempurnakan pengabdian ditengah masyarakat petani, yang notabene
Padang Pariaman merupakan daerah pertanian yang sangat luas. "Soal
pangkat dan kedudukan, serta ambisi memperkaya diri jauh dari saya,
ketika datang tawaran dari sejumlah kandidat bupati dulunya. Soal
tanggungjawab dalam hidup, bagi saya tidak ada lagi yang dipikirkan.
Kedua anak saya telah menyelesaikan studinya di Australia. Namun
demikian, bagaimana ilmu yang yang saya miliki dibidang pertanian ini
mampu mengangkat para petani kita," kata Trimurti lagi.
"Pilihan
dijatuhkan lewat jalur independen. Sebab, sebagai seorang yang
dibesarkan dilingkungan birokrasi, tentu saya tak cukup uang dalam
bermain dengan partai politik. Dan lagi, ketika niat saya untuk maju
lewat dukungan KTP masyarakat Padang Pariaman itu, maka dukunganpun
mengalir sangat derasnya. Para petani yang merasa terbantu, merasa punya
beban
untuk bisa membantu saya dalam mengumpulkan KTP dimaksud. Hasilnya,
bersama Lukman Syam, satu-satunya calon bupati yang saya kenal telah
matang dibidang pemerintahan, mau ikut bersama-sama menyatukan tekat
untuk memajukan petani Padang Pariaman ini," ujarnya.
Trimurti
yang hidup dan dibesarkan dilingkungan Muhammadiyah itu, sewaktu
berkiprah di Departemen Pertanian mengaku telah cukup banyak berbuat.
"Lewat pengabdian yang saya lakukan, alhamdulillah berkali-kali para
kepala daerah dan ketua kelompok tani di ranah Minang ini pergi ke
Istana Presiden, guna mengambil penghargaan. Itu semua kita lakukan,
betapa pentingnya dunia pertanian perlu mendapatkan perhatian yang
serius dari pemerintah. dari pertanianlah semua bermula. Kalau lahan
petani telah berkembang, persoalan yang melilit tidak ada lagi, kita
yakin, pendidikan anak akan lancar, kesehatan akan terjamin serta
kebutuhan lainnya menjadi mudah," ungkap Trimurti.
Putri dari Alm. Buya H. SDM Ilyas, sang pendiri Muhammadiyah
Padang Pariaman pada 1929 itu mengaku telah mengunjungi seluruh nagari
yang ada di daerah itu. "Nyaris setiap kali saya bersama petani di
nagari, kendala yang mereka alami itu hampir bersamaan. Mulai dari
persoalan pupuk, hingga persoalan kurangnya binaan dari dinas terkait.
Padahal sumberdana untuk meningkatkan taraf hidup para petani itu
lumayan banyak. Tinggal lagi kemauan dan kemampuan dari Pemkab, untuk
bisa menjangkau jaringan yang ada di tingkat nasional tersebut. Kita
tahu, keterbatasan daerah dibidang anggaran, tak ayal lagi
ketergantungan terrhadap pemerintah pusat menjadi kebutuhan yang paling
mendasar," sebut Trimurti lagi.
Berangkat dari impian dan
komitmen demikian, lanjut Trimurti, alhamdulillah seluruh keluarga yang
kebanyakan tinggal dan berkiprah di Jakarta, ikut memberikan dukungan
moril dan materil. "Semua keluarga,
termasuk pak Tarmizi Taher sang mantan Menteri Agama RI, ikut
memberikan dukungan moral yang sangat tinggi. Sebab, perjuangan yang
akan saya lakukan, murni untuk membangun kampung halaman yang sangat
saya cintai, Padang Pariaman. Bukan sebaliknya, ambisi pribadi serta
haus pangkat dan jabatan. Sebagai keluarga dekat, pak Tarmizi Taher
bakal ikut nantinya mengkampanyekan saya, ketika proses kampanye telah
dimulai," kata Trimurti.
Trimurti ingin sekali perjuangan yang
tengah dilakukannya saat ini murni dari kekuatan yang dia miliki.
"Memang ada tawaran dari sejumlah donatur dalam masalah penganggaran
Pilkada nantinya. Namun, karena tidak adanya kejelasan yang baik, maka
dengan halus saya tolak. Begitu juga, sebelum memutuskan lewat jalur
independen, ada tawaran dari partai politik. Namun, lagi-lagi saya
tolak, mengingat untuk biaya survei saja orang partai berani minta Rp60
juta. Itu baru sebatas survei. Sementara untuk biaya
lainnya, entak berapa lagi yang harus dikeluarkan, maka dengan itu
pulalah, bersama Lukman Syam, seorang pamong senior yang dianggap punya
banyak pengalaman dibidang pemerintahan, untuk memutuskan maju lewat
jalur murni dukungan masyarakat," ungkapnya. (dam)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar