Bertahan Dengan Rasa dan Kualitas
Penjual Gulai Kambing Terkenal di Toboh Gadang
Toboh
Gadang---Meskipun usia telah senja, namun tidak menyurutkan semangatnya
untuk terus bekerja dan berusaha, demi masa depan anak dan keluarganya.
Bagi Bahar, 70, berusaha dengan berjualan gulai kambing, adalah profesi
yang digelutinya sejak 1968 lalu. Dia komitmen dengan ciri khas
masakannya, yang dia perdapat dari kakak kandungnya sendiri, Alm. Ali
Umar.
Warung nasinya yang terletak di Korong Toboh Olo, Nagari
Toboh Gadang, Padang Pariaman hanya sebuah pondok layang-layang, istilah
Piaman-nya. Tetapi jangan tanya siapa saja yang datang dan makan
diwarungnya. Mulai dari petani biasa, hingga Bupati Padang Pariaman
sering makan dikedainya. Masakan gulai kambing bapak dengan empat
putra-putri ini, memang sejak saisuah sudah terkenal di seantero daerah
bekas gempa tersebut.
Awal-awal dia buka, mampu menghabiskan dua
ekor kambing setiap harinya, serta beras puluhan kilogram. Namun, sejak
Padang Pariaman dilanda gempa besar akhir 2009 lalu, perjalanan warung
nasinya santai saja. Namun, setiap harinya kabing satu ekor 'mati' juga.
Disamping jualan nasi dengan gulai kambing, paginya tersedia katupek
gulai kampbing. Sehingga tak heran, sejak pagi hingga malam hari selalu
datang tamu yang ingin makan dan menikmati enaknya gulai kambing buatan
Bahar tersebut.
Suami Yulidar ini mengaku, semua anaknya yang
kini masih dibangku sekolah dan perguruan tinggi, hanya dibiayai lewat
gulai kambing. "Anak perempuan saya yang besar, yang lagi kuliah di UNP,
itu cukup berhasil. Dia masuk UNP tanpa tes, dan selalu dapat
peringkat. Setiap kali dia pulang dari Padang, ketika akan balik ke
kampusnya, itu dia membawa satu ekor kambing," cerita Bahar.
Keberhasilan Bahar dalam menyajikan gulai kambing yang enak, tak
terlepas dari ketabahannya mengikuti kakak kandungnya yang dulu juga
berjualan gulai kambing, terutama disetiap adanya alek nagari di Padang
Pariaman. Dia ikuti apa perintah kakaknya, lantaran dia berniat suatu
saat nanti juga akan mengembangkan profesi sebagai tukang jual gulai
kambing. Rupanya, perjalan pahit dan manis selama itu membuahkan hasil
yang maksimal. Dia mampu mempertahankan rasa dan kualitas gulai
kambingnya, ditengah beragamnya masakan yang dijajakan banyak orang dan
saingnya saat ini.
Menurut Bahar, setiap hari selalu ada himbauan
dari masyarakat Toboh Gadang, untuk menjual kambingnya. Untuk itu pula,
bapak ini tak pernah membeli kambing di pasar ternak. Dia selalu
memasak kambing kampung, yang telah dia ketahui elok buruknya. Orang
kampung, terutama pemilik kambing pun merasa senang dengan Bahar,
lantaran Bahar tidak berjanji lama, tentang uang beli kambingnya. "Kalau
kambing diambil pagi, paling sore atau malamnya, yang punya kambing
telah bisa terima uangnya. Dan lagi selama ini, saya tidak pernah
berjanji lama-lama dengan yang punya kambing, makanya masyarakat merasa
senang," kata dia sambil mengambilkan permintaan seorang pembeli gulai
kambingnya.
"Harga yang dia beli pun tidak jauh beda dengan harga
di pasaran. Kini, berkisar Rp400 ribu, untuk ukuran pas dimasak, dan
dimakan. Untuk seekor kambing, beras yang dihabiskan rata-rata 15
kilogram setiap harinya. Kalau harga makan, itu sama dengan harga kaki
lima, tetapi rasa tidak kalah bersaing dengan restoran. Bagi saya,
kepuasan pelanggan adalah nomor satu. Untuk itu pula, masakan enak,
kualitas yang baik harus dipertahankan terus," ujarnya. (damanhuri)
Yo mantap gula kambiang pak bahar ko
BalasHapusIko gulai kambiang legendaris bna ko mah..
BalasHapus