Prosesi Basyafa Tetap Meriah
Menguatkan Ajaran Syekh Burhanuddin
Ulakan--Meskipun Padang Pariaman masih dalam suasa porak-poranda akibat gempa
akhir September tahun lalu, namun prosesi basyafa di komplek makam Syekh
Burhanuddin Ulakan, Kecamatan Ulakan Tapkis tetap meriah. Sebab,
kegiatan ritual tahunan itu merupakan tradisi yang telah lama
berlangsung.
Tak heran, sejak Rabu (3/2) pagi hingga malam,
berbagai mobil yang mengangkut jamaah dari berbagai perkampungan di
Sumatra Barat ini berdatangan. Mereka ingin lebih cepat sampai di
Ulakan, sehingga memudahkan untuk mengambil tempat untuk melangsungkan
ritual yang mereka amalkan mulai malam harinya.
Bagi masyarakat
Ulakan sendiri, basyafa merupakan sebuah
kegiatan yang mesti diikuti. Namun, masyarakat Ulakan saat syafa
gadang berlangsung kebanyakan tidak melakukan ritual apa-apa. Sebab,
jatah bagi masyarakat Ulakan, Rabu pekan depannya, yang dinamakan dengan
syafa ketek. Ditengah ramainya hiruk-pikuk suasana basyafa juga menjadi
momen bagi banyak orang. Baik masyarakat Ulakan, mapun masyarakat
lainnya yang memanfaatkan tempat ajang jual beli. Miliar uang saat musim
basyafa, diperkirakan beredar di Ulakan tersebut.
Nurhabibah,
56, salah seorang warga Sikabu, Ulakan menceritakan, bahwa basyafa
merupakan tempat berkumpulnya bagi banyak orang. "Dulu ada cerita, bagi
orang yang baru kawin di Ulakan ini, saat bulan Syafa ini datang, dia
harus membawa istri barunya ketengah masyarakat basyafa. Kalau tidak
dibawa, menurut cerita yang tua-tua, akan berakibat fatal. Sebab, saat
basyafa itulah sang suami membelikan sejumlah buah tangan alias
oleh-oleh buat keluarga sang istri," katanya
Rabu (3/2).
Untuk itu, basyafa bagi masyarakat Ulakan adalah
sebuah ritual yang punya makna tersendiri. Artinya, nilai-nilai yang
pernah diajarkan Syekh Burhanuddin dulunya, sampai saat ini terus
berkembang dengan dinamikanya. Ajaran agama, yang sekaligus menjadi
tradisi bagi masyarakat perkampungan, merupakan nilai-nilai luhur yang
terus dipertahankan, sampai kapanpun.
Sekretaris Majelis Ulama
Indonesia (MUI) Kecamatan Ulakan Tapakis, Ali Nurdin M. Nur ketika
dihubungi Rabu (3/2) mengaku pelaksaan basyafa tahun ini tetap meriah
dan ramai. "Alhamdulillah sejak pagi hingga saat ini para jamaah dari
berbagai daerah telah banyak yang datang. Melihat kondisi saat ini,
prosesi basyafa tetap dapat sambutan dari masyarakat pengikut Syekh
Burhanuddin itu sendiri," katanya.
Menurutnya, Bupati Padang
Pariaman H. Muslim Kasim Datuak Sinaro Basa beserta rombongan hadir
bersama jamaah. Sebab, setiap
kali basyafa bupati tetap memberikan sambutannya. "Kedatangan jamaah
bermacam-macam. Ada yang langsung ke Ulakan, lalu terus ke Tanjung
Medan, tempat disimpannya pakaian Syekh Burhanuddin. Namun, ada juga
yang sebaliknya. Itu semua terserah apa yang telah menjadi tradisi bagi
masyarakat yang bersangkutan," ujar Ali Nurdin.
Ali Nurdin
melihat basyafa, disamping peringatan hari wafatnya Syekh Burhanuddin,
juga sebagai ajang promosi bagi para ulama, terutama para ahli dikia.
Kebanyakan tradisi yang dibawakan dalam basyafa adalah badiki, yang
lazim dibawakan saat peringatan maulid Nabi Muhammad Saw. Umumnya,
disetiap surau dan masjid perkampungan, yang tidak diragukan
Syathariyahnya telah lama melakukan peringatan maulid itu dengan cara
badikia atau syarafal anam.
Hal itu benar adanya. Sebab, setelah
habis bulan Syafar ini datang bulan Rabiul Awal atau bulan maulid.
Umumnya, setiap surau yang akan memperingati
maulid itu banyak mencari para ahli dikian yang matap suaranya, hebat
kepandaiannya, sehingga menyenangkan dalam pelaksanaan tersebut, kata
Ali Nurdin.
Namun demikian, yang jelas tradisi basyafa adalah,
bagaimana warga Syathariyah yang notabene ajaran yang dikembangkan Syekh
Burhanuddin dulunya menjadi sebuah keharusan ditengah masyarakat.
Kekuatan demikianlah terjadinya prosesi basyafa. "Jadi orang lain tidak
boleh menganggap basyafa sebuah tradisi yang dilarang. Itu tidak boleh,"
katanya. (dam)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar