Cap Panah Merek Tembok Pertama Buatan Sutan Godok
Pariaman---Batubata
juga disebut tembok. Material untuk membuat rumah dan bangunan lain itu
banyak ditemukan di Padang
Pariaman dan Kota Pariaman. Bahkan, untuk dua daerah itu ada kampung
yang bernama Tembok. Yakni, Tembok di Desa Toboh Palabah, Kota Pariaman,
dan Korong Tembok di Nagari Sintuak, Kecamatan Sintuak Toboh Gadang.
Kenapa kampung itu bernama Tembok, tentu erat sekali kaitannya dengan
pembuatan tembok atau batu bata di kampung tersebut.
Siapa
pertama kali membuat tembok di Piaman? Mungkin banyak versi dalam
masalah ini. Di Desa Toboh Palabah, Kecamatan Pariaman Utara tersebutlah
dulunya Sutan Godok (1880-1945). Konon, Sutan Godok inilah yang punya
tanah kampung Tembok yang ada dalam desa tersebut. Dan dia pula yang
memulai membuat tembok pada tahun 1905. Merek tembok yang dibuatnya 'Cap
Panah'.
Taufik Samti, salah seorang tokoh masyarakat Lubuk Alung
merupakan keturunan dari Sutan Godok menceritakan cikal-bakal kampung
yang bernama Tembok tersebut. "Sutan Godok adalah keturunan Rajo Toboh
Kurai Taji. Dengan usaha
membuat tembok atau batu bata itulah dia menjadi saudagar kaya dan
sangat terkenal dalam kampung dan nagari. Karena dia orang yang pertama
membuat tembok, saat temboknya terjual duitnya pun dibawa dan disimpan
dalam karung," ujar Taufik Samti.
Ayah Taufik Samti adalah Sutan
Syamsuddin, anak kandung oleh Sutan Godok. "Saat Sutan Syamsuddin lahir,
ayahnya bermandikan uang, lantaran usaha membuat tembok semakin laku
keras. Sampai-sampai uang dalam karung dijadikan kasur untuk bayi yang
bernama Sutan Syamsuddin. Tak heran, kelak Sutan Syamsuddin juga
terkenal sebagai seorang kaya raya dengan jiwa sosial masyarakat yang
sangat tinggi pula," sebut Taufik lagi.
Usaha mencetak tembok
yang dilakukan Sutan Godok semakin berkembang saja. Zaman semakin
tarang, penduduk semakin bertambah, tentu rumah masyarakat
satu-persatunya berganti pula dari bangunan kayu dengan pembangunan
permanen, yang memakai bahan tembok. Tembok
buatan Sutan Godok nyaris tak sanggup lagi menampung pasaran yang
semakin melonjak. Belum lagi permintaan dari Kota Padang, yang tak boleh
putus. Bayi Sutan Syamsuddin tentu bertambah gadang pula. Saat usia
anak laki-laki itu 20 tahun, disuruhlah mengembangkan usaha ke Lubuk
Alung, yang langsung dimodalkannya.
Karena anak orang kaya dan
bangsawan, Sutan Syamsuddin langsung membuka usaha perdagangan dengan
menjadi agen sabun dan dagang PMD. Dalam rentang berdagang itulah, dia
juga disuruh oleh ayahnya, Sutan Godok untuk mencari lahan di sekitar
Lubuk Alung untuk mengembangkan usaha mencetak tembok. Sutan Syamsuddin
pun menemukan lahan baru, yang sangat pantas untuk dijadikan lahan
pembuat tembok, yakni di Nagari Sintuak. Kini kampung itu bernama Korong
Tembok, tak jauh dari Lubuk Alung.
Menurut cerita Taufik Samti,
Sutan Godok langsung pasang badan untuk mendapatkan lahan tersebut.
Sebagai modal awalnya, dia
bawa emas segaluk, dan kerbau delapan ekor. Sebab, membuat tembok zaman
saisuak tak sama dengan sekarang. Dulu butuh kerbau untuk melunyah
tanah yang akan dijadikan tembok. Mitranya, Sibooh selaku tuan tanah di
Tembok, Nagari Sintuak. Itu terjadi 1927. Tahun berikutnya, Sutan
Syamsudin diterima menantu oleh Datuak Kando di Koto Buruak Lubuk Alung.
"Tahun itu usaha membuat tebok sangat membumi. Sutan Syafrudin
mengembangkan usaha di Koto Buruak. Di Toboh Palabah dan Sintuak, tembok
itu masih Cap Panah dan di Koto Buruak Cap Buayo. Ukuran tebal
temboknya mencapai lima setengah centimeter, panjang 27 cm, lebar 13 cm.
Tahun 1940, Sutan Syamsudin pacah konsi dengan Datuak Kando. Itu dipicu
oleh paham agama antara maju dan kuno. Datuak Kando terkenal jawara,
pejudi, sabung ayam," sebutnya. Dengan itu, Sutan Syamsudin buka
usaha Bopet Salif dan sampai jadi agen mobil Nikai, PAD dan Mon Eferes
jurusan
Lubuk Alung-Jambi dan Medan. Itu sampai tahun 1954. Sementara, usaha
membuat tembok terus juga, tentunya tidak lagi berkawan dengan Datuak
Kando. Sutan Zainuddin, adik oleh Sutan Syamsudin disuruh pula membuka
usaha membuat tembok di Bari Sicincin.
Sutan Syamsudin, kata
Taufik lagi, juga perintis pembangunan Masjid Mujahidin Lubuk Alung.
Masjid itu ada sebelum Indonesia merdeka. Hingga kini, tentu telah
berkali-kali mengalami perbaikan. Sutan Syamsudin digelari Presiden Bal.
Itu panggilan untuk orang kaya yang pemurah zaman dulu oleh koleganya.
Tembok dipasarkan ke Padang dengan kereta api. Dari gudang ke stasiun
Lubuk Alung diangkut dengan pedati yang diirik oleh kerbau. Adek Sutan
Syamsuddin punya gudang di stasiun Simpang Haru Padang, untuk menampung
tembok-tembok yang datang dari Lubuk Alung tersebut. Dengan tembok
itulah dibangun Kantor Kodam III, yang saat ini Kantor Korem dibangun.
Dan dari Lubuk Alung pula sebagian besar
material pembangunan Kota Padang zaman dulunya. (damanhuri)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar