Kuda Putih KH As'ad Syamsul Arifin
Perjuangan
bangsa Indonesia meraih kemerdekaan bukanlah perkara mudah. Butuh
perjuangan keras untuk mempertahankan hingga sekarang ini.
KHR
As'ad Syamsul Arifin merupakan salah satu tokoh yang menggelorakan
semangat juang untuk melanggengkan NKRI dari agresi militer Belanda I.
Pengasuh Pesantren Salafiyah Syafi'iyyah Sukorejo ini rela mengorbankan
waktu, tenaga, harta serta pemikirannya untuk mempertahankan wilayah
kesatuan NKRI.
Melalui novel K.H.R. As'ad Syamsul Arifin Kesatria Kuda Putih Santri Pejuang
ini kita diajak penulis menyelami sejarah bangsa. Karya berbasis
sejarah ini merupakan cara terbaik untuk menggambarkan betapa dahsyatnya
pertempuran yang menguras banyak tenaga. Meski terdapat sisi kekurangan
berupa keterbatasan data sejarah dan hanya mengandalkan rujukan dari
buku Kharisma Kiai As'ad di Mata Umat
(2009), tentu juga menjadi kendala tersendiri bagi penulis untuk
berhati-hati menggunakan sejarah di lapangan. Namun, disisi lain penulis
harus jeli dalam menggali data yang ada.
Tokoh
utama bernama Yusuf, santri yang memiliki tekad kuat dalam mengemban
amanah sebagai seorang kurir (penyampai pesan). Perjalanan Yusuf inilah
yang membawa kita menelusuri perjuangan Kiai As'ad dalam berbagai
pergerakan untuk menyusun strategi hingga melancarkan serangan terhadap
pasukan Belanda.
Novel ini berlatar belakang tahun 1947, dimana Belanda menyebut operatie product untuk
merebut daerah yang kaya sumber daya alam. Belanda mendarat di Pasir
Putih Situbondo dan Teluk Meneng Banyuwangi. Kiai As'ad dan Barisan
Pelopor memulai perjalanan merebut senjata di gudang mesiu Desa Dabasah
Bondowoso. Begitulah kronik sejarah yang terjadi. (halaman xxix)
Yusuf
sempat gentar karena berulang kali mendapat peringatan ibunya. Hal ini
wajar, sebagai orang tua tentu merasa was-was terhadap anaknya. Karena
diceritakan bahwa ayah Yusuf tak kembali dari laskar hingga cerita ini
rampung. Di sisi lain, kakek Yusuf memiliki jiwa yang kuat untuk merebut
kemerdekaan karena dengan sebilah keris pernah digunakan untuk melawan
penjajah. Ketika memandang cucunya ini memiliki rasa kebanggaan yang
bercampur cemas karena sudah seringkali kehilangan orang tercintanya.
Mungkin semangat juang inilah yang menurun pada cucunya.
"Sudah
lama tak kelihatan. Apa ibumu masih menahanmu di rumah?" ujar Kiai
As'ad sembari membuka tutup pipa besi untuk mengambil surat yang
tergulung di dalamnya. (halaman 15)
Dalam
berjuang melawan Belanda, kiai As'ad tidak sendirian. Bersama kiai
lain, ia berembug strategi, termasuk membentuk Barisan Pelopor. Komando
gerakan ini berada dalam tangan beliau. Selain itu, barisan Pelopor ini
sangat agamis. Dalam berjuang kiai As'ad selalu mengingatkan akan niat jihad fi sabilillah, semata-mata untuk menegakkan agama dan negara.
Kiai
As'ad juga merangkul perampok, penjudi dan bajingan masuk anggota
Pelopor. Alasan ini agar mereka sadar dan bertobat kepada Allah. Di sisi
lain, keahlian dan kemampuan mereka ini bila dikelola dengan baik dan
digunakan dengan tepat akan bermanfaat untuk menegakkan syiar Islam. Hal
inipun ternyata ampuh dilakukan Kiai As'ad dalam merekrut mereka untuk
berjuang bersama.
Selain
Yusuf dan sosok Kiai As'ad terdapat Letnan Sufyan yang hadir dalam
novel ini. Nama Sufyan merupakan rekaan penulis yang terinspirasi dari
kisan Letnan Dua beserta pasukannya dari Sidoarjo, Mojokerto dan Malang
yang menjaga pesisir pantai Jawa Timur, khususnya ketika terjadi baku
tembak di Pasir Putih, Situbondo 1947. (halaman 29) Penulis
menggambarkan perjalanan Sufyan ini dengan penuh heroik melakukan
gerilya menghambat pergerakan pasukan Belanda yang baru mendarat di
pesisir.
Judul buku Kuda Putih,
merupakan kisah nyata kehidupan Kiai As'ad. Pada saat perang gerilya
ini, Kiai As'ad sering menunggang kuda putih, warna kegemarannya. Karena
itu, ia dikenal pula dengan sebutan "Satria Kuda Putih. Mengapa,
menggunakan kuda putih? "Nabi Ibrahim kudanya juga putih," jelasnya
suatu hari kepada wartawan Tempo edisi 15 Oktober 1983. (Kharisma Kiai
As'ad di Mata Umat: 2009)
Karya
semacam ini ke depan perlu kita perbanyak untuk menuliskan sejarah
bangsa ini. Perjalanan Kiai As'ad ini telah diadakan peringatan dengan
menggelar napak tilas tempat yang pernah disinggahi untuk bergerilya
semenjak 2014. Selain seorang pejuang, kiai kelahiran Makkah dari
pasangan Raden Ibrahim dan Siti Maemunah ini produktif dalam menulis
diantaranya, Ekonomi dalam Islam,
Syair Madura, Risalah Shalat Jum'at, Isra' Mi'raj, Tsalats Rasail,
Tarikh Perjuangan Islam Indonesia, Risalah al-Tauhid, al-Aurad
al-Yaumiyyah dan karya lain yang masih dalam bentuk tulisan tangan.
Dengan membaca novel berbasis sejarah seperti ini, kita diajak penulis untuk terus mengingat kepahlawanan founding fathers untuk
menguatkan nasionalisme. Indonesia ini tak hanya memiliki kekayaan
alam. Begitu pula dengan pemikiran liberal hingga fundamental serta
moderat tumbuh berdampingan membentuk Indonesia yang guyub dan rukun.
Data Buku
Judul : K.H.R. As'ad Syamsul Arifin Kesatria Kuda Putih Santri Pejuang
Penulis : Ahmad Sufiatur Rahman
Penerbit : Tinta Medina
Cetakan : Mei, 2015
Tebal : xxxviii + 210 halaman
ISBN : 978-602-72129-7-8
Tidak ada komentar:
Posting Komentar