Kiprah Ulama Nusantara di Tanah Haram
Perkembangan Islam di Nusantara tidak bisa dilepaskan dari peran Hijaz
(Makkah dan Madinah). Hijaz, sejak zaman zaman Rasulullah SAW menjadi
primadona bagi orang yang ingin mendalami wahyu dan Hadist an-Nabawi.
Sempat, banyak ilmuwan Islam meninggalkan Hijaz disebabkan karena adanya
pembantaian massal yang dilakukan oleh Hajaj bin Yusuf yang
mensyahidkan Abdullah bin Zubair, ulama yang sangat disegani dari
sisa-sisa sahabat Rasulullah SAW. <>Setelah simpuh darah
membanjiri Masjidil Haram, banyak ilmuwan Muslim yang pindah menuju
Baghdad, Syam dan Mesir serta Yaman. Hingga, ketika situasi Hijaz sudah
stabil lagi, ia diserbu para thâlabah yang ingin mencari ilmu dan
keberkahan beribadah di Masjidil Haram dan Masjid an-Nabawi yang
pahalanya dilipatgandakan sebagaimana yang disabdakan baginda Nabi
Muhammad SAW.
Dari Hijaz, terpancarlah sinar Islam hingga
menjulang ke seantero dunia, termasuk Nusantara (Indonesia). Indonesia
terkena sinar keislaman Hijaz pada abad 1 Hijriyah/ 7 Masehi, yaitu pada
masa Khalifah Ustman bin Affan. Sinar itu semakin bercahaya pada abad
18, 19 dan 20. Banyak ulama asal Nusantara yang mendatangi Hijaz, baik
untuk berdagang, menuntut ilmu atau untuk menjalankan ritual ibadah
haji. Dari banyaknya animo umat Islam asal Nusantara ini, maka
terbentuklah Kampung al-Jawi yang barada di Syami’ah, dekat Pasar Seng.
Kampung al-Jawi ini, bukan hanya dihuni oleh bangsa Indonesia, melainkan
umat Islam Asia Tenggara, banyak yang bertempat tinggal di sana.
Mulanya,
umat Islam yang belajar di Hijaz, terutama di Masjidil Haram
mendapatkan celaan dan hinaan. Namun, dengan penuh kesabaran mereka
tetap semangat untuk selalu belajar dan beristifâdah kepada
para syeikh yang mengajar di Masjidil Haram. Buahnya, Hijaz dibanjiri
oleh pengajar dan thâlabah yang datangnya dari Nusantara dari generasi
ke generasi. Ulama-ulama dari Nusantara banyak memainkan peranan penting
dalam akademik keulamaan. Prestasi mereka banyak yang mengungguli
ulama-ulama yang asli orang Arab, seperti Syaikh Nawawi al-Bantani,
Syaikh Abdul Hamid al-Qudsi, Syaikh Mahfudz at-Turmusi, dan Syaikh Yasin
al-Fadani.
Buku Amirul Ulum ini menerangkan tentang biografi 26
ulama Aswaja asal Nusantara yang mempunyai prestasi gemilang (seperti
menjadi imam, khatib dan pengajar di Masjidil Haram) yang dapat membawa
nama baik Nusantara (Indonesia) hingga go internasional.
Ulama-ulama tersebut yaitu, Syaikh Nawawi al-Bantani al-Makki, Syaikh
Ahmad Khatib al-Minangkabawi al-Makki, Syaikh Mahfudz at-Turmusi
al-Makki, Syaikh Abdul Hamid al-Qudsi al-Makki, Syaikh Muhsin al-Musawa
al-Palimbani al-Makki, Syaikh Abdullah Muhaimin bin Abdul Aziz al-Lasemi
al-Makki, Syaikh Baqir bin Muhammad Nur al-Jukjawi al-Makki, Syaikh
Yasin bin Isa al-Fadani al-Makki, Syaikh Ahmad bin Abdul Ghaffar
al-Sambasi al-Makki, Syaikh Ismail al-Khalidiyah al-Minangkabawi
al-Makki, Syaikh Muhammad Mukhtar bin ‘Atharid al-Bughuri al-Makki,
Syaikh Junaid al-Batawi, Syaikh Abdul Karim al-Bantani al-Makki, Syaikh
Ali bin Abdullah al-Banjari al-Makki, Syaikh Muhammad Ahyad bin
Muhammad Idris al-Bughuri al-Makki, Syaikh Abdul Ghani al-Bimawi
al-Makki, Syaikh Jinan Muhammad Thayyid al-Sariaki al-Makki, Syaikh
Asy’ari bin Abdurrahman al-Baweani al-Makki, Syaikh Abu Bakar bin
Syihabudin at-Tambusi al-Makki, Syaikh Ahmad Nahrawi al-Banyumasi
al-Makki, Syaikh Muhammad Zainudin al-Baweani al-Makki, Syaikh Abdul
Qadir al-Mindili al-Makki, Syaikh Abdullah bin Hasan al-Jawi al-Makki,
Syaikh Muhammad bin Muhammad al-Jawi al-Makki, Syaikh Marzuki al-Jawi
al-Makki dan Syaikh Muhammad bin Umar al-Sumbawi al-Makki.
Di dalam buku ini telah dikupas biografi langka dari sirah ulama
Nusantara yang mempunyai pengaruh di Negeri Hijaz. Mungkin buku yang
semacam ini baru pertama kali di Nusantara yang ditulis memakai huruf
latin. Sebuah prestasi langka yang mengagumkan meskipun hanya ditulis
oleh santri lulusan pesantren (lulusan Pesantren Al-Anwar asuhan KH
Maimoen Zubair, sesepuh Nahdlatul Ulama). Sebenarnya Amirul Ulum dalam
muqadimahnya, ingin menulis lebih dari 26 tokoh. Akan tetapi, karena
minimnya data, terpaksa ia mencukupkan tokohnya menjadi 26. Menilik
statemen Syaikh Yasin al-Fadani sebagaimana yang dikutip penulis bahwa
ada sekitar 130 pakar hadist yang transmisi keilmuannya diriwayatkan
oleh Syaikh Yasin al-Fadani yang kesemuanya tidak lepas dari Hijaz.
Sehingga, dari statemen ini, bisa diambil sebuah kesimpulan, bahwa
ulama-ulama asal Nusantara yang mempunyai peranan penting dalam kontak
dan jaringan keilmuan di Hijaz itu lebih dari 130. Sebab, kutipan itu
hanya dalam masalah Hadist, belum cabang keilmuan yang lainnya seperti
Fiqih, Teologi, Gramatika Arab dan Tasawuf.
Dari beberapa
kelebihan buku karya Amirul Ulum ini, ada juga beberapa kekurangannya,
misalnya tokoh urutan 22 sampai 26 itu ditulis hanya beberapa lembar
saja. Ada yang dua lembar dan ada yang tiga. Akan tetapi, kekurangan
yang sedikit itu tidaklah mengurangi sumbangsih besar penulis yang dapat
mengungkap sesuatu kekayaan sejarah ulama Nusantara di Hijaz sehingga
membuat keislaman Nusantara terpancar hingga ke seantero dunia melalu
mediator Makkah dan Madinah.
Saya berharap ke depan, dengan
lahirnya buku ini, akan menginspirasi lahirnya buku-buku yang membahas
tentang prestasi ulama Nusantara, bukan hanya di Hijaz, melainkan
merambah ke Yaman, Mesir, Syam dan Negara Islam lainnya. Semua itu
adalah khazanah yang luar biasa, yang membuat nama Nusantara kita harum
semerbak di mata dunia. Semoga penulis buku ini mau melanjutkan studinya
sehingga tokoh yang ditulis tidak hanya 26. Semoga bermanfaat.
Judul Buku : Ulama Ulama Aswaja Nusantara yang Berpengaruh di Negeri Hijaz
Kategori : Sejarah Islam Nusantara
Penulis : Amirul Ulum
Kata Pengantar : Prof. Dr. Abdul Karim, M.A., M.A. (Guru Besar Sejarah Islam UIN Sunan Kalijaga asal Bangladesh, India)
Penerbit : Pustaka Musi Yogyakarta
Tebal : xxvi + 332 Halaman
No ISBN : 602-14832-5-1
Cetakan I : 17 Maret 2015
Harga : Rp. 76.000,-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar