Lelaki itu memandang ufuk senja di Aleppo, 1183 M. Kilau redup
pedang panglima perang ini seakan mengabarkan padanya bahwa kaum
Muslimin tengah mengalami kelesuan setelah hampir seabad berperang tanpa
tahu kapan akan berakhir. Yerusalem masih dal...am kekuasaan pasukan
Salib. Ia mendengar cerita dari para leluhurnya bahwa, semasa Perang
Salib I, dalam waktu 2 hari 2 malam, 40.000 kaum Muslim dan Yahudi,
termasuk wanita dan anak-anak, di Yerusalem tewas dibantai oleh pasukan
Salib dengan bantuan para Ksatria Templar. Kini perang telah memasuki
fase ke III. Namun pasukan Muslimin sedang letih. Apa yang mesti
dilakukannya sebagai panglima perang tertinggi untuk membangkitkan
semangat juang kaum Muslim yang sudah menguasai Mesir, Turki, Syiria dan
kawasan Mesopotamia? Kekhalifahan telah berhasil ia satukan; ia merasa
kini saatnya merebut kembali
Yerusalem, salah satu tanah suci
kaum Muslimin, yg sedang berada cengkeraman pasukan Salib. Ia tertunduk,
merenungkan kembali kisah peperangan yang dilakukan junjungan kaum
Muslimin, Muhammad Rasulullaah SAW, mengingat kembali perang-perang
dahsyat pada zaman beliau: Badar, Uhud, Khandaq, Tabuk.... dan ia ingat
pada kecintaan para sahabat yang tanpa memikirkan diri dan keluarganya,
maju ke medan laga mendampingi nabi demi membela Dinul Islam yang
diancam eksistensinya oleh kaum kafir Quraisy. Tafakurnya membuatnya
sadar: ya, Kecintaan pada Rasulullah itulah yang menyebabkan para
sahabat rela mengorbankan segalanya. Cinta mereka kepada Rasulullah
telah mengakar begitu dalam hingga ke bagian terdalam dari jiwa dan ruh
mereka. Salahuddin al-Ayyubi, kini menegakkan kepala, telah mengambil
keputusan penting yang akan memengaruhi sejarah peradaban Islam hingga
saat ini ...
Atas persetujuan Khalifah an-Nashir, maka pada
bulan Haji 579 H (1183), Shalahudiin, sebagai penguasa Haramayn,
mengeluarkan perintah kepada seluruh jamaah haji, agar saat mereka
pulang ke kampung halaman, mereka harus mensosialisasikan instruksi agar
mulai tahun 580 Hijriah (1184 Masehi) tanggal 12 Rabiul-Awwal dirayakan
sebagai hari maulid nabi dengan berbagai kegiatan yang membangkitkan
semangat juang dan kecintaan umat Islam kepada Rasulullah SAW. Salah
satu agenda yg dilakukan adalah mengundang seluruh ulama dan sastrawan
untuk festival menyusun syair dan pujian kepada Rasulullaah -- dan salah
satu pemenangnya adalah Syair karya Ja'far al-Barzanji yg tersohor itu.
Hampir setahun lamanya kaum muslimin mendengarkan syair-syair indah
yang mengisahkan perjalaanan hidup Rasulullah: mulai dari kelahirannya,
akhlaknya, perjuangannya, mukjizat2nya dan lain sebagainya.
Karena
syair-syair itu disusun dari orang-orang yang hatinya dipenuhi oleh
Cinta kepada Rasulullaah, efeknya sungguh luar biasa: barokah Rasulullah
seolah-olah mengalir melalui syair-syair semacam Barzanji itu. Para
pemuda Muslim sadar kembali betapa junjungan mereka adalah pahlawan
sejati yang tangguh di segala bidang kehidupan, tangguh dan cakap mulai
dari soal urusan rumah tangga, dakwah, akhlak, hingga ke medan perang.
maka, ribuan pemuda Muslimin mendaftar menjadi tentara Shalahuddin
al-Ayyubi. Sejak itu wilayah kekuasaan Shalahuddin semakin luas. Pada
1187, setelah dirasa cukup kuat, Shalahuddin memimpin langsung
pasukannya untuk membebaskan Palestina. Benteng Yerusalem dikepung oleh
puluhan ribu tentara dengan persenjataan yang canggih untuk ukuran
zamannya.
Sementara itu, penguasa Nasrani di Yerusalem tengah
terlibat friksi dan intrik internal yang melemahkan posisi mereka.
perang dahsyat terjadi. Pasukan Salib terdesak. Kaum Nasrani di
Yerusalem dilanda ketakutan hebat, takut kalau-kalau Shalahuddin
membalaskan dendam atas pembantaian 40.000 kaum Muslimin pada masa
penaklukan Yerusalem oleh pasukan Salib pada Perang Salib I. Maka
Panglima Yerusalem keluar menemui Shalahudiin untuk merundingkan
gencatan senjata. Shalahuddin menawarkan agar kaum Nasrani menyerah dan
keluar dari Yerusalem, dan mereka semuanya tanpa kecuali akan dijamin
keselamatannya oleh Shalahudiin. Panglima Salib kaget, dan ia pun
bertanya: "Mengapa" "Karena aku adalah Shalahudiin," jawab Sang Panglima
Muslim sambil tersenyum... sebuah jawaban yang penuh makna bagi mereka
yang punya mata hati....
Demikianlah, seluruh kaum Nasrani dan
Yahudi keluar dari Yerusalem dengan aman, dan Shalahudiin masuk ke
Yerusalem. Ia membersihkan kota, memperbaiki bangunan-bangunan dan
masjid-masjid. Salahuddin sama sekali tidak meluluhlantakkan bangunan
ibadah nasrani dan Yahudi, bahkan ia memerintahkan bangunan ibadah
mereka itu ikut diperbaiki. Konon, saat masuk ke sebuah gereja besar, ia
melihat salib jatuh tergeletak di lantai. Shalahuddin memungutnya, dan
meletakkan kembali salib itu di atas meja persembahyangan kaum
Nasrani...
Ya, Shalahudiin benar-benar berjuang demi Islam,
bukan demi balas dendam. dan ia berjuang dan berperang tidak
sembarangan: ia mengikuti perintah junjungan dan kekasih hatinya,
Rasulullah SAW, yang pernah memerintahkan sahabatnya bahwa dalam
peperangan diharamkan membunuh orang-orang yang tak terlibat dalam
peperangan (penduduk sipil. anak dan wanita), tidak boleh merusak rumah
penduduk, bangunan tempat ibadah, bahkan tidak boleh merusak tanaman dan
menyakiti hewan. Jatuhnya Yerusalem ke tangan Shalahudiin menggemparkan
eropa. Paus Gregory VII memerintahkan penyiapan pasukan perang untuk
merebut kembali Yerusalem.
Dan kelak, sejarah akan menyaksikan
pertempuran yang fair dan elegan antara dua ksatria perang salib yg
paling terkenal: Shalahuddin al-Ayyubi melawan King Richard the
Lionheart.... Perayaan Maulud Nabi, salah satu warisan Shalahuddin,
masih lestari hingga kini. KItab-kitab Maulid dan syair2 pujian semacam
Barzanji, Maulid Diba', Simtud Durror, dan lain sebagainya, telah
mengilhami ribuan ulama yg saleh, membangkitkan kembali kecintaan kepada
Rasulullah SAW. Allahumma shalli ala sayyidina Muhammad 'adada ma fi
ilmillahi shalatan da'imatan bidawami mulkillahi Allahumma shalli ala
nuril anwari wa siriil asrari wa tiryawil aghyari wa mifathi babil
yasari sayyidina Muhamadinil mukhtari wa alihil athhari wa ashhabihi
akhyari adada ni'amillahi wa ifdhalih. Allahumma shalli wa sallim wa
barik alaih... , Menjelang Peringatan Kelahiran Rasulullah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar