Menelusuri Kampung Tersuruk 3
Jalan Padang Bungo - Guguak Sepantasnya Diaspal
Padang
Sago--Dari Batang Piaman Gadang ke Sungai Pua Tanjung Mutuih sebenarnya
dekat. Tetapi kalau pakai mobil, harus balik kanan lagi arah Padang
Sago. Sebab, hubungan dua korong dalam Nagari Koto Dalam itu hanya bisa
ditempuh dengan motor. Dari Padang Sago banyak jalur yang bisa ditempuh
untuk sampai di Sungai Pua Tanjung Mutuih.
Karena menelusuri
kampung tersuruk, Singgalang bersama Erman Sikumbang, tokoh masyarakat
Padan Puti, Batang Piaman Gadang, Jumat itu lebih memilih jalur Ambalau -
Padang Kabau - Durian Siambai - Padang Bungo - Padang Pauah - Guguak -
Tonyok - Buluah Apo, dan belok kiri di Ambacang Gadang, baru sampai di
Sungai Pua Tanjung Mutuih.
Dari Padang Bungo, tepatnya di simpang
arah ke Rukam Pauah Manih sampai ke Padang Pauah, sekitar lima
kilometer jalan masih jalan tanah yang penuh dengan gelombang. Jalan
lebar, karena dirintis dulunya oleh Abri Masuk Desa di zaman Orde Baru.
"Kondisi jalan seperti ini harus sopir Medan. Tantangannya berat, dan
kalau tidak pandai-pandai, mobil bisa punah dan terpuruk dalam lobang,"
kata Erman Sikumbang.
Padang Sago, termasuk kecamatan penghasil
kelapa terbesar di Kabupaten Padang Pariaman. Dan itu tersebut di daerah
luar, seperti Padang dan Pekanbaru. Tak heran, ketika kita masuk ke
dalam perkampungan Padang Sago itu, banyak bersua tanaman yang terkenal
dengan nyiur melambai tersebut. Belakangan, kelapa yang dihasilkan
Batang Piaman Gadang sudah mudah mengangkutnya ke Padang Sago. Mobil
pengangkut bisa tiap hari bolak-balik ke kampung itu, meskipun tanjakan
jalan yang cukup curam dan tajam.
Begitu juga pohon kelapa yang
sudah tua. Pengusaha kayu juga sangat mudahnya membawa dengan cepat ke
tempat perindustrian kayu yang ada di Ambalau. Kayu pohon kelapa itu ada
yang dijadikan papan dan lain sebagainya, sesuai kebutuhan
pengusahanya.
Bagi masyarakat Nagari Koto Dalam dan Nagari Lurah
Ampalu yang Singgalang lewati kampungnya untuk sampai ke Sungai Pua
Tanjung Mutuih, buah kelapa itu ada yang jemur di tepi jalan, untuk
dijadikan kopra. Hampir tiap rumah penduduk sepanjang jalan, menjemur
kelapa yang sudah dicukir itu.
Nazaruddin, Walikorong Guguak,
Nagari Lurah Ampalu menyebutkan kelapa cukir itu mencapai enam biji
sekilonya. Harga jual kelapa cukir itu hanya Rp2.500 sekilo. Kalau musim
kemarau kayak gini, paling sehari atau dua hari sudah kering. Umumnya,
kelapa jadi sumber perekonomian masyarakat yang utama, walaupun sebagian
masyarakat ada juga yang menanam cokelat dan kelapa sawit.
Sebagai seorang walikorong, Nazaruddin tiap hari melewati Padang Pauah -
Guguak, terus ke Barangan, tempat Kantor Walinagari Lurah Ampalu
sebagai kantor atasannya. Dia merasakan betul, jalan Padang Pauah sudah
saatnya diaspal, seperti yang telah dilakukan di Guguak. "Sejak saya
tahu, jalan Padang Pauah ini masih jalan tanah seperti ini. Kalau musim
hujan, jangan coba-coba bawa mobil. Akan susah untuk melaluinya," ujar
Nazaruddin. (501)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar