Menelusuri Kampung Tersuruk 2
Batang Piaman Gadang Baru Saja Terbebas dari Kuda Beban
Padang Sago--Batang Piaman Gadang dulu sebuah desa. Dalam desa itu ada empat dusun
yang terdiri dari Padan Puti, Kampuang Tangah, Anak Aie Pulai, dan
Sungai Pocong. Sejak era pemerintahan nagari berlaku, Batang Anai Piaman
Gadang langsung jadi korong dibawah Nagari Koto Dalam. Di sebut Batang
Piaman, karena di kampung itulah Sungai Batang Piaman mengalirnya sampai
ke muaranya di Kota Pariaman.
Sepertinya, Sungai Batang Piaman
masih dijadikan sumber kehidupan oleh masyarakat Batang Piaman. Sungai
yang mengalir dengan irama tersendiri itu, airnya lumayan jernih. Di
Sungai itulah warga Batang Piaman Gadang mandi pagi dan petang. Sekalian
juga tempat buang air besar, mencuci. Dan di tepi sungai itu digali
sumur, yang kemudian airnya dijadikan sebagai sumber air minur, yang
tentunya terlebih dulu dimasak.
Jumat (22/5) lalu, Singgalang
sengaja melakukan penelusuran di kampung yang masih tersuruk tersebut.
Shalat Jumat di Masjid Raya Batang Piaman Gadang, terasa senang dan
menyejukan, karena tidak ada kebesingan bunyi kendaraan bersilewaran,
seperti di kampung yang agak ramai. Masjid yang berukuran kecil, yang
memuat jemaah sekitar 50 orang itu terbilang masjid tua, dan
satu-satunya masjid dalam korong itu.
Masjid-nya tampak baru siap
di renovasi pascagempa akhir 2009 silam. Tapi luar dalam dindingnya
belum diplaster. Sejak masjid itu ada sampai sekarang tempat wuduknya
hanya mengandalkan air Sungai Batang Piaman yang mengalir di depan
masjid. Listrik baru saja masuk ke masjid itu beberapa bulan belakangan.
Namun, pengeras suara belum ada. Sehingga, kalau muazinnya azan
terpaksa hanya di dengar oleh jemaah yang ada dalam masjid.
Meskipun masjid di renovasi, tetapi sama sekali tidak merubah keaslian
masjid. Pakai atap yang memanjang keatas, seperti lazimnya kebanyakan
masjid yang ada di wilayah VII Koto lama. "Alhamdulillah, listrik sudah
masuk. Belum cukup setahun ini. Dan sebagian besar rumah penduduk pun
telah dialiri listrik. Sehingga, masyarakat telah bisa menikmati siaran
televisi di sebagian lapau-lapau yang ada," kata Jasman, Walikorong
Batang Piaman Gadang bersama Erman Sikumbang, tokoh masyarakat Pandan
Puti yang mengajak Singgalang menelusuri kampung tersebut.
Untuk
bisa sampai ke Batang Piaman Gadang kalau pakai mobil, harus melewati
Padang Sago. Jalan lumayannya rancak sampai di Ambalau. Namun, dari
Ambalau ke Batang Piaman Gadang menempuh jalan aspal beton coran.
Penurunannya cukup tajam. Anak-anak Batang Piaman Gadang tiap hari
mendaki dan menurun, karena sekolah dasar adanya di Ambalau itu. Dan di
Ambalau itu pula letaknya kantor Walinagari Koto Dalam. "Ada sekitar 1,5
kilometer anak-anak dan masyarakat yang menuruni dan menaiki bukik
ini," ujarnya.
Menurut cerita Jasman dan Erman Sikumbang, Batang
Piaman Gadang baru beberapa tahun ini terbebas dari kendaraan kuda
beban, lantaran telah bisa masuk kendaraan roda empat. Saisuak, untuk
mengangkut hasil pertanian ke Padang Sago harus pakai kuda, yang orang
sini menyebutnya dengan 'kudo baban'. Belum ada jalan yang beraspal
dalam korong itu, selain sebagian kecil jalan yang dibangun oleh PNPM.
(501)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar