Engku Sumaniak Seniornya Syekh Burhanuddin Kesepian
Kayutanam---Orang
Guguak menyebutnya Syekh Sumaniak. Diluar makamnya tertulis cagar
budaya makam Engku Sumaniak. Konon kabarnya, ulama yang
satu ini senior oleh Syekh Burhanuddin Ulakan. Atau bahasa suraunya,
Engku Sumaniak adalah gurutuo Syekh Burhanuddin saat mengaji di Tapakis
bersama Syekh Madinah. Cerita itu hampir kabur, lantaran tak banyak lagi
yang tua-tua Nagari Guguak, Kecamatan 2x11 Kayutanam yang menguasainya.
Melihat namanya, Engku Sumaniak juga berasal dari darek, sama dengan
Syekh Burhanuddin. Orang Guguak menyebutkan, kampung asal Engku
Sumaniak, ya di Sumaniak, dekat Sungai Tarap, Kabupaten Tanah Datar.
Sabtu lalu, Singgalang diajak Masrizal, anggota DPRD Padang Pariaman
yang saat ini menjadi calon anggota DPRD Sumbar dari PPP menelusuri
makam keramat demikian. Terletak di seberang sungai, dikaki bukit, pas
di belakang Masjid Raya Guguak. Tampak makam itu seolah-olah tak pernah
sepi dari pengunjung.
Amiruddin, juru kunci makam itu bersama H.
Burhanuddin Tuanku Kadhi Guguak menceritakan kalau basafa yang dilakukan
di Ulakan setiap
bulan Syafar itu diawali di Guguak ini. "Kalau di Ulakan, makam Syekh
Burhanuddin basafanya Rabu malam diatas tanggal 10 Syafar, disini Selasa
malamnya. Sehari sebelum di Ulakan. Namun, entah karena apa, basafa di
Guguak tak begitu populer. Yang jelas, sejak kami tahu selalu dilakukan
basafa tiap tahunnya disini," ungkap mereka.
Bedanya, Engku
Sumaniak terkenal dengan ulama ahli Fiqh. Kalau Syekh Burhanuddin ahli
tasawuf. Fiqh adalah kajian hukum Islam, yang menurut cerita banyak
orang, sangat dipegang teguh oleh beliau Engku Sumaniak ini. Dia sangat
terkenal keras dan disiplin yang tinggi. Dan itu memang bersua dalam
kajian Fiqh. Engku Sumaniak selesai mengaji di Tapakis bersama Syekh
Madinah langsung merasul atau menetap di Pasa Surau, Nagari Guguak ini.
Beda halnya dengan Syekh Burhanuddin yang disuruh langsung oleh Syekh
Madinah untuk melanjutkan pengajiannya ke Syekh Abdurrauf di Aceh.
Menurut cerita
Tuanku Kadhi Guguak ini, Syekh Burhanuddin sangat mengagumi beliau
Engku Sumaniak. Sebelum diputuskan sumpah sati Bukit Marapalam yang
menetapkan adat basadi syarak, syarak basandi kitabulah, terlebih dahulu
Syekh Burhanuddin bersama rombongannya singgah di Guguak, menemui Engku
Sumaniak. Dan cerita ini berkembang luas dulunya dari yang tua-tua.
"Syekh Burhanuddin hanya berjalan kaki, menyusuru Sungai Batang Ulakan.
Sampai dia di tempat Engku Sumaniak mengembangkan kaji, dia berhenti,
dan terlibat dalam banyak diskusi dan pembicaraan," ungkapnya.
Barangkali, sumpah sati Bukit Marapalam bermula dari Guguak ini. Banyak
hal yang dibicarakan saat ini antara Syekh Burhanuddin dengan seniornya;
Engku Sumaniak. Sebab, dalam diri ulama itu tidak ada yang sepurna
seperti yang ditemukan dalam diri seorang Nabi. Disinilah kajian tasawuf
dan kajian Fiqh disatu-padukan, untuk menetapkan adat basandi syarak,
syarak basandi kitabullah
tersebut.
"Kampung ini maka bernama Pasa Surau, ya itu pula.
Engku Sumaniak inilah yang pertama kali membuat surau dalam kampung ini.
Surau Manggih pertama kali yang dibuatnya, dan akhirnya hingga saat
ini, setiap suku dalam korong ini punya surau. Sebagai seorang ahli
Fiqh, Engku Sumaniak banyak dapat tantangan dari masyarakat Guguak
dulunya. Namun, hal itu tidak membuat semangatnya untuk meng-Islamkan
banyak orang surut sama sekali. Zaman itu orang masih memakan tikus,
ular dan lain sebagainya," sebut Tuanku Kadhi.
Dulu, lanjut
Tuanku Kadhi, banyak orang dari darek yang ikut basafa ke makam Engku
Sumaniak. Namun, belakangan sudah sangat jarang. Boleh dikatakan yang
melakukan basafa akhir-akhir ini hanya masyarakat Guguak sendiri lagi.
"Sebagai warih bajawek, pusako batolong, basafa ini akan tetap berlanjut
dan harus dilestarikan. Tradisi itu merupakan peninggalan orang yang
ikut malaco kampung ini bersama
Engku Sumaniak dulunya.
Kepada Masrizal, tokoh masyarakat itu
berharap agar jalan menuju makam itu bisa dibangun. Sekarang, kalau
menuju makam itu harus jalan kaki. Kendaraan hanya sampai Masjid Raya
Guguak. Masrizal pun mohon dukungan masyarakat Guguak untuk bisa berbuat
dalam kelanggengan barang bersejarah dalam nagari itu. (damanhuri)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar