Bermula Dari Kesalahan Suntikan Polio
25 Tahun Sudah Rahmat Mengalami Cacat, Orangtuanya Pasrah
Kayutanam---Malang
benar nasib Desrita. Ibu rumah tangga berusia 54 tahun ini sudah 25
tahun mengurus anaknya, Rahmat Affandi yang sakit lemah sehabis disuntik
polio saat bayi dulu. Hingga saat ini, anak nomor lima dari tujuh
bersaudara itu tak bisa bicara lurus. Kalau berjalan hanya
berinsut-insut. Untung ada sebuah kursi roda yang dikasih dunsanaknya,
sehingga tak begitu menyulitkan pada saat Rahmat ingin bermain keluar
rumah.
Ayahnya Syamsuar, seorang tukang bangunan
rumah tampak pasrah dengan segala penderitaan yang ditanggung
keluarganya itu. Yang namanya tukang, kadang-kadang ada pekerjaan,
kadang-kadang kosong. Sedangkan istrinya, Desrita hanya bisa bergelut
dengan anak itu saja dalam keseharian. Tak ada pekerjaan yang bisa
menghasilkan uang yang dapat dilakukannya.
Selasa kemarin,
Singgalang diajak bertandang kerumahnya di Pasar Tangah, Nagari
Kayutanam oleh anggota DPRD Padang Pariaman, Masrizal yang saat ini
mencalonkan diri untuk DPRD Sumbar di Dapil II, Padang Pariaman dan Kota
Pariaman. Selaku warga masyarakat Kayutanam, Masrizal merasa terenyuh
atas penderitaan yang dialami kelurga miskin tersebut. Sedangkan adik
Rahmat yang bungsu, juga mengalami putus sekolah SD. Masrizal
memfasilitasi kepada anak tersebut bisa ujian Paket A yang setara SD,
untuk mendapatkan ijazah yang bisa melanjutkannya ke SMP nantinya.
Desrita dan Syamsuar menceritakan kalau anaknya Rahmat
Affandi saat lahir lumayan gapuak. Hampir empat kilo beratnya. Badannya
rancak. Dikasih nama Rahmat, lantaran dia lahir pada saat makan sahur
di bulan puasa pada 1988 yang silam. "Datangnya sakit lemah ini pada
saat sehabis disuntik polio bagian pahanya yang dilakukan oleh bidan di
Kayutanam. Malam sehabis disuntik siangnya itu dia merasakan sakit yang
luar biasa, dan berlanjut hingga saat ini," kata dia.
"Kalau dia
mintak makan, dulu bisa menyebut mamam. Sekarang tidak lagi. Hanya
dengan menangis saja bila dia merasa lapar. Kalau kita tidak juga
mengerti, dipukul-pukul wajahnya sendiri, hingga terluka. Dan itu sangat
acap terjadinya. Apalagi, kalau kami sedang tak bersama dia, maka
berlumuran darahlah wwajahnya karena dipukul terus," ceritanya sedih.
Kemanapun tempat yang bisa mengobati anaknya itu, Desrita dan Syamsuar
terus menurutnya. Sampai ke Barulak, Kabupaten Tanah Datar bagai, serta
kampung lainnya
diluar Padang Pariaman. Baginya, kesembuhan anak itu sangat diharapkan
sekali. "Bayangkanlah, sudah 25 tahun usianya belum bisa disunat. Dia
punya perasaan yang sama juga seperti anak normal lainnya. Melihat
kondisinya, dia lelaki yang punya keinginan untuk kawin. Itu ditandai
dari jenis kelamin yang dimilikinya pada saat sedang tidur atau bangun
tidur," ungkap Desrita.
Rahmat Affandi dalam kesehariannya butuh
hiburan juga. Dia bisa menghidupkan tivi dan tave. Kalau waktunya mandi,
ya terpaksa ayahnya yang memandikan. Kalau mau makan harus pula
disuapin. Manakala tidak ada hiburan yang didengarnya, Rahmat banyak
menung-menung. Bila sudah demikian, air liurnya meleleh sendiri yang
berlanjut dengan muntah-muntah. Beberapa waktu lalu, Rahmat sempat
dirawat di RSUD Padang Pariaman di Parit Malintang, Kecanmatan Enam
Lingkung.
Pada kesempatan tersebut, Masrizal memberikan
bantuan seperlunya. Calon wakil rakyat untuk DPRD Sumbar dari PPP
dengan nomor urut dua itu berusaha mencarikan jalan keluar dari
penderitaan tersebut. Dia mencoba menghubungi Pemkab Padang Pariaman,
lewat Dinas Kesehatan supaya bisa dibantu untuk mengobati Rahmat
Affandi.
Disamping itu, keponakan Desrita, anak dari Gustini yang
terhalang ikut ujian di salah satu SMP swasta di Kayutanam, lantaran
belum bayar uang sekolah juga dibantu Masrizal. Insya Allah, dua hari
lagi anak itu sudah bisa sekolah dan ikut ujian. (damanhuri)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar