Empat Tahun Pascagempa
Rumah Guru Ngaji Itu Belum Juga Bisa Dibangun Kembali
Sicincin---Empat
tahun lebih pascagempa 2009 silam, belum punya arti apa-apa bagi
Budiman Tuanku Mudo dan Istrinya Syamsimar.
Meskipun bantuan Rp15 juta dari pemerintah sudah diterimanya, ternyata
belum mampu untuk membangun kembali rumahnya yang telah punah akibat
amukan gempa yang sangat kuat tersebut.
Selasa kemarin Singgalang
diajak Masrizal, anggota Fraksi Bersatu DPRD Padang Pariaman bertandang
kerumah pasangan suami istri yang telah dikarunia tiga orang
putra-putri ini, di Aia Marangek, Korong Bari, Nagari Sicincin,
Kecamatan 2x11 Enam Lingkung. "Semua bantuan telah dibelikan alat
bangunan, berupa batubata, besi dan lainnya. Namun, untuk upah tukang
belum ada. Ya, terpaksa semua alat itu dibiarkan saja dulu tergeletak,"
kata dia menceritakan.
Saat ini, Budiman dan Syamsimar yang
berprofesi sebagai guru ngaji di MDA dan TPA surau di Sicincin itu
tinggal di sebuah pondok kecil, yang juga bantuan dari rumah senyum
program tanggap darurat saat gempa dulu. Pondok itu tak punya kamar
pula. Kalau saja tiga anaknya pada pulang kampung
dari kuliahnya di Padang, maka bersempit-sempitlah dia tidur dalam
pondok demikian.
Pondoknya terletak dipinggir jalan utama
Sicincin-Pariaman. Disamping guru ngaji, mendidik anak-anak kampung tahu
dengan agama, Budiman dan Syamsimar juga seorang petani kampung. Ada
satu dua tumpak sawah dan ladang yang dikelolanya untuk menyambung
hidup. Soal honor guru ngaji dikampung jangan ditanya berapa dia
dapatkan. Itu sebuah kerja lillahi ta'ala. Kadang dikasih orang kampung
berupa beras dan sedikit uang, yang tidak ada jumlah ketetapannya.
"Dulu ada honor yang kami terima dari Pemkab Padang Pariaman. Tapi
tahun ini tidak ada. Kami tak tahu, kenapa itu bisa terjadi. Yang jelas,
bila waktu ngajar datang, kami datang ke surau itu. Anak-anak sudah
menunggu. Dan profesi mulya ini sudah lama kami lakukan, dan tidak
mungkin untuk ditinggalkan," katanya.
Budiman dan Syamsimar belum
bisa memastikan, kapan
pembangunan kembali rumah yang dihuninya sejak mereka jadi pengantin
baru hingga menjelang gempa 2009 itu. "Belum ada kepastiannya. Cuman,
barang bangunan saja yang teronggok. Upah tukang lumayan mahal pula saat
ini," harapnya.
Mereka sangat ingin, rumah yang dulunya punya
tiga kamar itu bisa kembali dibangun. Apalagi anaknya yang tua perempuan
pula, yang mesti tidur dalam kamar sendiri. Orang lain yang sudah
membangun kembali rumahnya yang hancur dalam kampung itu, hanya bisa
dilihatnya. Ingin pula mereka seperti orang lain itu, tapi apa daya.
Untuk upah tukang itu benar yang tidak atau belum ada uangnya.
Keluarga ini merasa tersanjung saat dikunjungi anggota dewan Padang
Pariaman, Masrizal yang saat ini maju jadi calon anggota dewan Sumbar
dari PPP itu. Kepada Masrizal mereka paham dan yakin dengan takdir
Tuhan. Yang jelas, usaha yang telah dilakukannya; bertani dan ngajar
ngaji tetap dilakoninya. Tentunya
keduanya itu berusaha dan beramal. (damanhuri)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar