Tinggal Dalam Rumah tak Layak Huni Listriknya Belum Pula Ada
Lubuk
Alung--Sudah sepekan lamanya Jusmaini diserang penyakit asma. Turun
naik saluran pernafasannya tampak kencang. Kalau dia berjalan, tiap
sebentar harus berhenti lantaran tak kuat menahan rasa capek. Tinggal
dalam sebuah pondok tak layak huni, membuat ibu berusia 45 tahun ini
banyak bermenung. Mungkin meratapi nasibnya yang belum seberuntung orang
lain di sekelilingnya.
Bersama suaminya Buyuang, Jusmaini
mengaku sudah lama tinggal dalam pondok berukuran 2x3 meter di Jorong
Kampuang V Koto, Korong Balah Hilia, Nagari Lubuk Alung itu. Buyuang,
sang suami tercintanya jarang pulang. Tiap hari kerjanya mencari barang
bekas untuk selanjutnya dijual pula buat menyambung hidupnya. Sekali
pulang, banyak barang-barang bekas yang dibawa Buyuang.
Tak heran
pula, di samping rumah kecilnya itu ada ruangan penyimpan barang bekas,
seperti botol Aqua, kaleng susu, botol plastik lainnya. "Kalau sekilo
hanya Rp1.200 dibeli induk semang. Kadang lah lama kita kerjakan
pembersihannya, eh cuman beratnya lima kilo," cerita dia.
Pasangan suami istri ini telah dikarunia dua orang anak. Seorang anaknya
telah meninggal dunia. Tinggal seorang anak gadisnya, yang baru saja
melepaskan masa lajangnya sekitar sebulan yang lalu, dan kini tinggal
tak jauh dari pondoknya itu dengan menyewa sebuah rumah milik masyarakat
Kampuang V Koto, bersama suaminya. Maklum, pondok kecil ini tak cukup
untuk mereka bersama.
Pondok kecilnya yang pas terletak di
pinggir Irigasi Anai I itu hanya sebuah kamar kecil, ruangan, dan dapur.
Tak ada listrik yang menyala dalam rumah itu bila malam hari. Yang ada
hanya lampu togok. Soal berita tv atau sinetron apa yang disukainya,
jangan tanya sama Jusmaini. Tak pernah dia menonton tv, apalagi
mendengar radio.
Sabtu (26/9), Jusmaini merasa terkejut. Di luar
dugaannya, rumah kecilnya didatangi banyak tamu, yang tentunya ingin
melihat dari dekat keadaan yang sebenarnya dialami Jusmaini. Ada Kepala
Dinas Kesehatan Padang Pariaman, Dr. Aspinuddin bersama sejumlah anak
buahnya yang bertugas di Puskesmas Lubuk Alung. Ikut pula Kaur Kesra
Pemerintahan Nagari Lubuk Alung; Yardi, Kepala Jorong Kampuang V Koto;
Jasmihardi.
Pengakuan Bujang, sapaan akrap Yardi dari Kaur Kesra
Nagari Lubuk Alung, tahun ini dan tahun sebelumnya memang Jusmaini belum
kebagian jatah beras miskin atau Raskin. Namun, secara kemanusiaan
pihaknya tertap menaikkan namanya sebagai keluarga yang patut dapat
bagian tersebut. Tetapi, entah dimana kendalanya, jatah Raskin untuk
nagari itu belum ada perubahannya dari data awal dulu.
Jasmihardi
yang baru jadi Kepala Korong di Kampuang V Koto itu melihat, ada banyak
rumah tak layak huni yang dia jumpai di korongnya. "Dari data yang kami
lakukan, ada 15 unit rumah tak layak huni seperti rumah Jusmaini ini.
Sebagai perangkat nagari yang paling bawah, kami hanya membetulkan data
yang sebenarnya," kata dia.
Bujang dan Jasmihardi ingin, di
Korong Balah Hilia yang begitu besar butuh penambahan bidan desa.
"Nampaknya, seorang bidan untuk satu korong tak cukup. Korong ini punya
sembilan jorong. Luas pula. Tentu sangat tidak terjangkau oleh seorang
bidan desa, untuk melihat kondisi masyarakat," ungkapnya.
Aspinuddin, Kepala Dinas Kesehatan Padang Pariaman minta pada Jusmaini
untuk segera mendatangi Puskesmas Lubuk Alung. "Kita harus cek dulu
kesehatannya. Sebab, menentukan apakah dia terserang asma, atau TBC
harus melewati medis," katanya.
"Program Padang Pariaman Sehat
(PPS) itu diluncurkan, adalah untuk mengawasi semua lini kehidupan
masyarakat. Lewat PPS, jangan adalagi rumah masyarakat yang tidak
terkunjungi. Kondisi Jusmaini mengundang program SKPD lainnya, seperti
Dinas Sosial dan Tenaga Kerja, lantaran berkaitan dengan kondisi rumah
yang tak layak huni," ungkapnya. (501)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar