Ekspedisi Lubuak Nyarai 3
Penebang Hutan Hilang, Pencari Rotan Bertambah
Lubuk
Alung--Sejak pariwisata Lubuak Nyarai terbuka, tidak ada lagi aktivitas
penebangan hutan. Meskipun para penebang kayu di hutan Gamaran,
Salibutan berhasil membuka jalan ke lokasi tersebut. Hanya tinggal
bekasnya, lewat jejak di sepanjang jalan menuju Nyarai, berupa kayu
balok yang sudah lapuk, dan jalan itu sendiri.
Kini, masyarakat
Gamaran yang menggantungkan hidupnya di hutan itu membudidayakan tanaman
rotan. Sewaktu Komunitas Pencinta Batu Akiak Piaman dan Forum
Walinagari Padang Pariaman melakukan ekspedisi Lubuak Nyarai, Sabtu lalu
tampak banyak petani yang mengangkut rotan dari hasil pencariannya
dalam hutan demikian.
Memang, sepanjang jalan ke Lubuak Nyarai
kami banyak menemukan jenis tanaman rotan. Menurut cerita Ajo Amin,
salah seorang petani yang mencari kehidupannya dalam hutan itu, penebang
kayu sudah lama tidak ada dalam hutan ini. "Memang jalan ini, adalah
jejak untuk mengangkut kayu dulunya," kata dia.
Disamping orang
mencari rotan yang banyak bersua dalam hutan itu, para pecandu burung
juga menjadikan hutan Gamaran sebagai tempat kesenangan. "Di bukik ini
banyak burung hijau daun, dan burung lainnya. Biasanya, pencari burung
banyak di lokasi ini. Bahkan, mencari burung di malam hari, juga menjadi
kesenangan komunitas itu di hutan ini," ujarnya.
Secara
pastinya, Ajo Amin tak tahu banyak berapa jumlah rotan yang keluar tiap
harinya dalam hutan Gamaran. "Yang jelas tiap senja, itu para pencari
rotan bagaikan berbaris-baris sepanjang jalan Lubuak Nyarai menuju
Gamaran, saking banyaknya pencari rotan itu," sebutnya.
Di sisi
lain, terbukanya Lubuak Nyarai menjadi berkah tersendiri oleh sebagian
kaum perempuan Gamaran, Salibutan. Sirup (46) tahun misalnya, tiap hari
berjualan minuman dan makan di komplek Nyarai tersebut. Ibu dari tiga
orang anak itu mengaku, hanya sedikit dimahalkan harga jual, bila
dibandingkan dengan di luar.
"Misalnya segelas kopi di luar Rp3
ribu, awak menjual Rp4 ribu segelasnya. Kalau Sabtu dan Minggu,
Alhamdulillah mencapai jual beli Rp1 juta. Kadang lebih. Tetapi, diluar
hari itu, paling jual beli Rp500 ribu," kata Sirup menceritakan.
Bagi Sirup, berjualan di komplek Nyarai agaknya telah
menjadi kesenangan. Apalagi, suaminya tak bisa pula berbuat banyak untuk
menghidupi keluarganya. Untuk itu, tiap pagi dia berjalan dari Gamaran
ke Lubuak Nyarai. Dia bawa berbagai minuman dan makanan untuk disajikan
kepada pembeli yang kebanyakan anak muda-mudi.
Walinagari Kudu
Gantiang, Syafnil Oyon bersama rombongan ekspedisi mengingat Sirup untuk
tidak menaikkan harga jual yang terlalu tinggi. "Kami bersama rombongan
melakukan survei, melihat Lubuak Nyarai dengan segala kelebihan dan
kekuarangannya. Termasuk memantau harga jual bahan kebutuhan sepanjang
Nyarai ini," ujarnya.
"Kelemahan selama ini di kampung kita,
ketika sudah berubah keadaan. Orang luar mulai banyak masuk, itu harga
barang kebutuhan melonjak naiknya. Paradigma dan perangai demikian
jangan sampai tertular di kalangan pedagang di sepanjang Lubuak Nyarai,"
tambah Nusirwan Nazar, Ketua Forum Walinagari Padang Pariaman.
(damanhuri)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar