Di Ulakan
Tradisi Mambantai Adat Warnai Lebaran
Ulakan--Satu
persatu kerbau sampai di Kampuang Galapuang. Binatang yang akan
disembelih itu diangkut dari seluruh surau yang ada di Nagari Ulakan.
Kelaziman menyembelih kerbau sehabis shalat Ied,
merupakan warisan dari Rajo Nan Barambek. Disebut dengan 'mambantai
adat'.
Selasa itu masyarakat
Ulakan secara umum baru melakukan Shalat Ied. Usai shalat secara
bersama, kerbaupun diirik ke tanah pembantaian yang terletak di Kampuang
Galapuang. Kerbau demikian merupakan pembelian masyarakat korong secara
bersama.
Menjelang lebaran,
dibuat kesepakan untuk membeli seekor atau dua ekor kerbau. Hal itu
disepakati, setelah didata masyarakat dalam kampung itu. Kerbau sampai
di Kampuang Galapuang, uang bewehpun dibayar. Untuk seekor kebar
dikenakan Rp250 ribu. Setelah disembelih, daging kerbau itu dibagi-bagi
secara merata.
Di Ulakan,
Kecamatan Ulakan Tapakis, Kabupaten Padang Pariaman disebut dengan
'bantai baoonggok'. Seenggoknya dihargai dengan Rp100 ribu. Satu ekor
kerbau rata-rata dapat 200 onggok. Seonggok itu barangkali sama dengan
sekilo daging. Paling kurang masyarakat membayar untuk seonggok. Itu
karena tak banyak isi rumah tangganya.
Ali Nurdin M. Nur, salah seorang tokoh masyarakat Ulakan menceritkan
bahwa mambantai adat merupakan simbol dari kekuatan kaum adat masyarakat
Ulakan itu sendiri. Inilah warisan dari Rajo Nan Barambek; Rangkayo
Rajo Sulaiman, Rangkayo Rajo Dihulu, Rangkayo Rajo Bandaro.
"Tradisi ini juga disebut sebagai kebersamaan antara kaum adat dengan
kaum syarak. Sebab, penyembelihan oleh niniak mamak demikian atas restu
dari kaum ulama itu sendiri. Dan ulama pula yang melakukan penyembelihan
setiap kerbau tersebut," ujar Ali Nurdin.
Menurutnya, karena ini merupakan tradisi, adat lamo pusako usang yang
berlaku sejak zaman saisuak, hingga sekarang, rasa dagingnya setelah
dimasak pun berbeda dengan daging kebanyakan yang dijual di dalam pasar.
"Enak rasanya. Dan mungkin ini pulalah yang membuat tradisi ini mampu
bertahan sampai saat sekarang," ungkapnya.
Di Padang Pariaman mungkin hampir merata masyarakat menggelar bantai
adat setiap kali lebaran Idul Fitri. Namun, setiap nagari atau kampung
berlain pula caranya yang dilakukan. Dari penelusuran yang dilakukan, di
Ulakan inilah yang paling tampak semaraknya.
19 korong yang ada di Ulakan, semua masyarakatnya melakukan
penyembelihan ditempat yang sama, pada hari yang sama pula. Selalu
disembelih setiap usai shalat Ied. Kerbau dibeli secara berangsur kepada
panitia yang sudah ditanam secara bersama oleh setiap surau. Saat
shalat Ied semua beli daging harus lunas oleh masyarakat, karena kerbau
akan di sembelih dan selanjutnya dibagi rata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar