Sei.
Geringging--Potret kehidupan Arman sepertinya jadi inspirasi tersendiri
bagi banyak orang. Tak banyak neka-neko, Arman hanya menjalani hidup
bagaikan air mengalir saja. Tak terasa sudah tujuh tahun lamanya bapak
berusia 49 tahun ini melakono profesi pengantar koran. Subuh-subuh, dia
racak motornya dari Batu Mengaum, Sungai Geringging ke Sungai Limau.
Nah, di Sungai Limau dia tunggu mobil pengangkut koran dari Padang,
untuk selanjutnya diantar ke pelanggan yang ada di Sungai Limau hingga
Kecamatan IV Koto Aua Malintang, yang berbatasan dengan Kabupaten Agam.
"Dulu awalnya hanya koran Singgalang saja. Belakangan, semua koran
harian. Ya Padang Ekpress, Posmetro, dan Haluan. Lumayan juga banyaknya
langganan sampai ke Aua Malintang. Tapi tidak ada honor dari kantor.
Yang ada hanya persentase dari langganan tersebut," cerita Arman, saat
bersua Bupati Padang Pariaman Ali Mukhni di salah satu rumah makan di
Pasar Sungai Geringging, Senin lalu.
Siang itu Arman baru saja
selesai ngantar koran langganannya. Saat makan siang, diapun tak
menyangka kalau ada Bupati Ali Mukhni dan sejumlah pejabat yang sedang
makan siang pula di Sungai Geringging. Mantan Camat Sungai Geringgi
Bustanil Arifin yang saat ini menjadi Camat di Kecamatan Anai mengubik
dia, untuk duduk makan bersama. Dengan basa-basi, Arman pun duduk di
depan orang nomor satu di Padang Pariaman itu dengan saling berhadapan.
Sehabis makan, Bupati Ali Mukhni menanya Arman. "Lah bara anak," tanya
dia. Empat baru Pak," kata dia pula. Alahtu. Jangan ditambah lagi,
seloroh Bupati Ali Mukhni. Arman pun menceritakan, empat orang
putra-putrinya sedang dalam bangku pendidikan. dua orang sedang kuliah.
Satu di Unand Padang, dan satu lagi di STIKIP YDB Lubuk Alung. Yang
terakhir ini sedang dalam PKL saat ini.
Bupati Ali Mukhni terus
mengorek sumber kehidupan seorang Arman. Karena dua anaknya lagi sedang
di bangku SMA dan SMP. Tentu hal demikian butuh biaya yang tidak
sedikit. Sedangkan kemasukan uang dari penjualan korannya tiap pagi,
sama sekali tak akan mampu untuk itu. "Sorenya saya membantu urang rumah
jualan gorengan depan rumah, Pak. Lalu, jelang Magrib masuk, saya ke
masjid mengimami shalat, dan ngajar anak mengaji bagai," kata dia.
Bupati Ali Mukhni terharu mendengar cerita Arman. Apalagi, di wajahnya
ada bekas atau tanda-tanda orang yang sangat rajin beribadah. Bupati Ali
Mukhni tambah senang. Seketika itu, sebelum meninggalkan kedai nasi,
Ali Mukhni memberikan seikhlasnya sejumlah uang. Senanglah hati Arman.
Bupati berpesan, jangan sampai semua anaknya itu terhenti pendidikannya.
Kelanjutan pendidikan anak sangat berarti sekali dalam membina rumah
tangga.
Bagi Arman, tampak menjalani kehidupan harus ada
keseimbangan antara dunia dan akhirat. Dengan itu pulallah, semangatnya
untuk menghidupkan masjid dengan shalat berjamaah tiap waktu menjadi
kesenangannya. Dia mengaku, itulah pertama kalinya sentuhan kepala
daerah yang dia rasakan. Dan sama sekali Arman tidak pernah
membayangkan, kalau suatu ketika dia bisa berdialog dan bincang-bincang
dengan seorang bupati.
Pasca itu, cerita kehidupan Arman
dikembangkan oleh Bupati Ali Mukhni dalam pertemuannya dengan ratusan
guru honor yang menerima insentif. Ali Mukhni mengajak para guru honor
yang insentifnya hanya Rp300 ribu sebulan itu menjadikan Arman sebagai
sumber inspirasi. "Arman dan istrinya tidak PNS dan tidak pula seorang
guru honor. Hanya penjual koran dan gorengan. Tapi dua anaknya sedang
kuliah, dan dua lagi sedang SMA dan SMP. Memang rahasia Tuhan tidak
banyak manusia yang mengetahui. Itulah kekayaan Yang Maha Kuasa dalam
menghidupkan hamba-Nya," kata Ali Mukhni. (damanhuri)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar