Masjid Mujahidin Lubuk Alung
Sempurnakan Ramadhan Dengan Budaya I'tiqaf
Lubuk
Alung---Hingga saat ini, jamaah Masjid Mujahidin Lubuk Alung terus
ramai tiap malamnya. Mungkin ini hikmahnya, kalau masjid berada di
tengah komplek orang ramai, seperti Pasar Lubuk Alung tempat masjid itu
beraktivitas. Kemudian yang menariknya jamaah masjid itu terus bertahan,
tampilnya penceramah hebat tiap malamnya. Ada profesor, doktor dan
orang hebat lainnya, sehingga jamaah senang mendengarnya.
Menurut Azminur Kamal, Ketua Umum Masjid Mujahidin, rata-rata tiap
malam terkumpul infaq, sedekah dan wakaf sekitar Rp800 ribu sampai Rp1
juta. Bahkan, untuk bantuan kemanusiaan Palestina hanya
dua malam menacrinya, terkumpul Rp5 juta. "Dana itu Senin kemarin kita
kirim ke lembaga kemanusiaan yang langsung membawanya ke Gaza
Palestina," kata Azminur yang juga Camat Lubuk Alung ini.
Kata dia, aktivitas Masjid Mujahidin selalu padat tiap malam selama
Ramadhan ini. Remedla, wadah berkumpul para remaja masjid ini baru saja
habis menggelar MTQ tingkat remaja se Padang Pariaman, peringatan Nuzul
Quran. Ini tiap bulan puasa selalu dilakukan. Sejak 10 hari terakhir
hingga habis bulan ini, sehabis Tarawih dilakukan I'tiqaf dalam masjid.
Tentunya hal itu bagian dari upaya umat Islam untuk mendapatkan malam
qadar, dimana semalamnya itu lebih baik dari seribu bulan. Azminur
merasa senang, karena semenjak dia diamanahi menjadi pengurus masjid
itu, banyak sudah perubahan yang dibuatnya. Baik perubahan pembangunan
fisik masjid, maupun pembangunan mental anak-anak.
Tentunya, ini terwujud dari kebersamaan semua pengurus, dan Remedla
yang selalu jadi garda terdepan dalam setiap kali Acara. Boleh dibilang,
Masjid Mujahidin adalah masjid yang paling ramai diantara sekian banyak
masjid di nagari dan kecamatan Lubuk Alung. "Bayangkan saja, kotak
amal yang diedarkan tiap malam bulan puasa dan tiap kali waktu
sembahyang, itu beragam pula, ada kotak untuk anak yatim, panti asuhan,
MDA, dan tentunya untuk kelanjutan pembangunan masjid itu sendiri," ujar
Azminur.
Sejak dulu, masjid ini
selalu mendatangkan penceramah hebat. Mereka ada dari IAIN Imam Bonjol,
Padang, Bukittinggi, Payakumbuh, Padang Panjang dan dari daerah lainnya.
"Kita ingin, lewat buya dan dai yang hebat itu bisa menjadi penyejuk
bagi jamaah, membangkitkan gairah masyarakat dalam beragama dan beramal
sesuai ilmunya masing-masing," ujarnya.
"Begitu juga untuk shalat Idul Fitri, sejak jauh hari telah kita undang
penceramah kenamaan untuk memberikan khotbahnya. Masjid Mujahidin boleh
dibilang sebagai simbol Islam yang terus memperkuat ekonomi umatnya.
Lihatlah, sekeliling masjid ini merupakan sentra ekonomi. Ada swalayan,
Bank Mandiri, dialer, toko makanan dan lainnya. Semua itu lambang
ekonomi yang harus kuat agama pelakunya lewat terpaan Masjid Mujahidin
yang jadi kebanggaan rang Lubuk Alung," sebutnya.
Masjid yang berkapasitas dua lantai demikian terus bergema, lantaran
Remedla, kumpulan anak muda progresif yang tak ingin ada kekosongan
masjid itu dari rangkaian acara. Dikala kendaraan sibuk hilir mudik
melintasi jalur Padang-Bukittinggi yang terbentang didepan masjid itu,
sama sekali tidak mempengaruhi orang yang tengah beribadah di dalamnya.
Dengan tradisi I'tiqaf yang dilakukan
oleh siapapun yang ingin melakukannya dalam masjid itu, setidaknya
mampu menularkan nuasa relegius ditengah panasnya Lubuk Alung itu
sendiri oleh sebutan banyak orang dalam kampung itu. Apalagi, anak-anak
muda yang tergabung dalam organisasi Remedla ikut-serta dan
memperlihatkan contoh yang baik dalam I'tiqaf, dimana banyak orang
mengiinginkan bisa bersua dengan malam yang namanya 'Lailatul Qadar'.
Lewat I'tiqaf inilah, malam yang nilainya lebih bagus dari seribu bulan.
(damanhuri)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar