Mengayuh Biduk Kehidupan Sendirian
Kartini Tinggal di Pondok Darurat tak Pula Berlistrik
Kapalo
Hilalang---Terlalu berat beban hidup yang ditanggung Kartini. Ibu
beranak lima berusia sekitar 35 tahun ini mengayuh biduk kehidupan
sendirian. Tiap hari dia pergi ke kebun getah milik orang lain, untuk
mendapatkan uang guna menyambung hidup dia dan anak-anaknya. Sejak dua
bulan belakangan, kerja menakiak getah itu tak lagi dilakukannya,
lantaran musim hujan. Dan memang, kerja mengambil getah butuh musim
kemarau.
Bersama anaknya, Kartini tinggal di sebuah pondok
darurat. Terbuat dari kayu yang sudah ditopang pula dengan sebuah
tonggak, agar pondok demikian jangan rebah. Ingin sekali keluarga ini
menonton tv dikalan malam atau di waktu istirahat, tapi tak bisa.
Listrik belum masuk kerumahnya hingga saat ini. Rumah Kartini jauh
terletak diujung Korong Tarok, Nagari Kapalo Hilalang, Kecamatan 2x11
Kayutanam, Kabupaten Padang Pariaman. Supaya rumah keluarga miskin itu
bisa masuk listrik, butuh sekitar lima buah tiang lampu. Tentu sangat
tidak memungkinkan bagi dia untuk membeli tiang sebanyak itu. Suaminya
telah lama pergi meninggalkan dia.
Otomatis, semua beban hidup
sepenuhnya ditanggung Kartini. Dan sejak dua bulan belakangan pula,
anaknya yang paling besar tidak lagi bersekolah di sebuah SMK di daerah
itu, lantaran tak lagi punya biaya untuk melanjutkannya. Dengan
demikian, terancamlah masa depan yang cerah bagi anak-anaknya. Kalau
musim hujan seperti saat ini, Kartini mengaku bekerja di sawah orang
lain. Dia diupah untuk mengerjakan sawah orang. "Kadang menyiangi sawah.
Ada pula yang bertanam. Ya, tergantung apa yang musim di sawah
tersebut," cerita Kartini.
Rabu
kemarin Kartini merasa terkejut dan terharu. Pondok daruratnya
didatangi Aljufri, calon anggota DPRD Sumbar dari Partai Hanura di Dapil
II, Padang Pariaman dan Kota Pariaman. Ketua FKPM Padang Pariaman itu
datang bersama Afrizal, caleg Hanura untuk DPRD Padang Pariaman di Dapil
III, dan Asrizal Rajo Sutan, seorang tokoh masyarakat Kapalo Hilalang.
Aljufri merasa terenyuh melihat penderitaan yang ditanggung Kartini.
Kepada mereka itu Kartini menceritakan, kalau dia sudah lama tak
menakiak getah. Kekuatan Kartini dalam menakiak getah lumayan juga.
"Manakala cuaca hari sedang rancak, itu bisa 15 kilogram terambilnya.
Sebagai seorang pekerja, ambo dapat uang separoh dari hasil yang
didapatkan. Artinya, hasil penjualan getah dibagi dua dengan sang
pemilik. Ya, paling Rp40-50 dalam sehari," kata dia.
Pada
kesempatan itu, Aljufri menyerahkan sejumlah bantuan berupa indomie, dan
sejumlah uang. "Ini bantuan
spontanitas. Pemerintah perlu memikirkan hal ini. Apalagi kondisi
rumahnya yang jauh dari pusat keramaian, sehingga acapkali terlupakan
dalam soal bantuan, baik itu bantuan dari pusat maupun dari daerah,"
ujar Aljufri, caleg dengan nomor urut dua ini.
Sebagai tokoh
masyarakat Kapalo Hilalang, Asrizal Rajo Sutan mengakui kalau Kartini
tak pernah tersentuh bantuan apapun jua. "Upaya menopang pondoknya
dengan sebuah tonggak, adalah kebersamaan warga yang kita kerahkan
beberapa waktu lalu. Saat itu rumahnya nyaris saja rebah. Terima kasih
atas bantuan yang diberikan Aljufri dalam masalah ini. Semoga bantuan
itu bermanfaat bagi Kartini," ungkapnya. (damanhuri)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar