Lomba Layang-layang Dalam Memperebutkan 40 Kursi DPRD Padang Pariaman
Padang Pariaman---Seiring dengan pesta demokrasi yang sedang gencar-gencar berhembus ditengah masyarakat, lomba layang-layang pun jadi trend tersendiri oleh sebagian masyarakat. Hampir semua perkampungan di Padang Pariaman menggelar acara ini. Memang, kalau dilihat filosofi main layang-layang dengan pesta demokrasi Pemilu ada hubungan tersendiri yang bisa dibaca. Keduanya ada persamaan dalam persaingan, diantara lomba layang-layang dengan caleg, baik antar partai maupun sesama satu partai politik yang ikut Pemilu 2014.
Untuk Padang Pariaman, sepertinya layang-layang itu sudah lama terkenalnya. Bahkan, layang-layang yang dibuat anak muda disini tak pernah dijumpai di daerah lain. Seperti layang-layang jantan atau layang-layang danguang. Kalau daerah lain, kebanykan hanya layang-layang yang panjang ekornya. Di Padang Pariaman yang itu disebut layang kondai. Hanya dimainkan oleh anak-anak. Bukan mainan orang dewasa. Kalau untuk orang gadang, ya itu tadi, layang jantan.
Orang dulu kabarnya di Padang Pariaman itu, untuk menaikkan satu layang-layang besar, butuh tenaga banyak orang. Tak bisa dinaikkan sendiri, lantaran berat dan kuatnya angin. Mulai dari tukang pegang tali agak dua hingga tiga orang, sampai kepada orang yang menjoakkannya. Namun, sekarang sudah jarang layang-layang besar tersebut dibuat orang. Sekarang yang banyak itu kecil, cukup melepasnya dengan dua orang saja.
Kalau dalam bertanding, tentu tidak bisa dihindari terjadinya saling sikut kanan dan sikut kiri. Supaya layang-layang kita naik, bagaiaman layang-layang orang lain, yang dinilai hebat dan rancak pula diputusin talinya diatas udara. Itu mungkin dan pasti terjadi, walaupun panitia meminta supaya bertanding dengan sehat dan sportivitas yang tinggi.
Dalam lomba layang-layang, selain dari layang-layang dia, ya jelas semuanya lawan, yang harus dikalahkan. Semua peserta lomba ingin juara. Kalau bisa juara satu atau juara umum. Tak peduli, meskipun satu kampung berlawanan, harus dikalahkan. Sebab, hadiah yang akan diperebutkan cukup lumayan bergengsi. Mulai dari piala, kambing, hingga Tabanas jutaan rupiah jumlahnya.
Menghadapi Pemilu 2014, Padang Pariaman punya 40 kursi. Sedangkan yang akan memperebutkan kursi sebanyak itu tercatat 400 lebih caleg dari 12 partai politik peserta Pemilu. Semua caleg yang maju, tentu tak seorang pun yang ingin tidak dapat kursi nantinya. Semuanya ingin duduk. Mereka telah bergerilya kesana-kemari dalam daerah pemilihannya, mencari yang namanya dukungan.
Tak heran pula, saling tuding dan jelek-menjelekkan diantara caleg bisa saja terjadi. Yang penting, bagi yang ikut agar bisa meraih dukungan dan suara, tentu harus mampu membangun opini ditengah masyarakatnya. Bagaimana menjadi figur terbaik dari yang baik. Semua caleg adalah orang pilihan. Bayangkan saja, karena saat ini caleg harus 100 persen, bagi yang tak dapat masuk lewat partainya, terpaksa harus hengkang ke partai lain, untuk bisa jadi caleg.
Semakin hari percaturan politik semakin terasa. Masing-masing caleg tentu punya pula yang nama tukang joaan dalam istilah lomba layang-layang. Dalam caleg boleh dibilang tim sukses. Kadang-kadang tim sukses ini bisa lebih pandai dan lebih hebat dari caleg yang bersangkutan. Dengan kepandaian tim sukses itulah, sebagian besar caleg bisa berhasil dengan baik, mengalahkan caleg lainnya. Jangan harap caleg bisa duduk manis di DPRD Padang Pariaman nantinya, kalau tidak punya tukang joaan yang lihai. Mungkin itu barangkali. (damanhuri)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar