wartawan singgalang

Minggu, 13 Desember 2015

Ponpes Madrasatul 'Ulum Lubuak Pua Warisi Tradisi Ulama

Ponpes Madrasatul 'Ulum Lubuak Pua Warisi Tradisi Ulama

VII Koto--Siang itu para pedadang musiman tengah berkumpul di pelataran parkir Pondok Pesantren (Ponpes) Madrasatul 'Ulum Lubuak Pua. Ada pedagang bakso bakar, es krim, dan pedagang makanan ringan lainnya. Mereka sedang menunggu kedatangan dan kepulangan para santri dan santriwati yang tengah menimba ilmu di pesantren yang terletak di Nagari Balah Aia, Kecamatan VII Koto Sungai Sariak tersebut.
    Dari siang hingga sore, adalah jadwal yang cukup padat oleh santri belajar untuk tingkat MDA yang mengaji di pesantren yang didirikan oleh H. Ahmad Yusuf Tuanku Sidi dan Zainuddin Tuanku Bagindo Basa pada 1991 itu. Bagi pedagang musiman dan makanan ringan, jelas situasi demikian jadi sebuah kesenangan, untuk mendapatkan rezeki dari sekian banyak santri yang ingin berbelanja sehabis belajar.
    Ponpes yang mengembangkan pola pendidikan pesantren tradisional ini, tetap bertahan dengan pola pendidikan karakter para santrinya. Di samping ada santri yang datang dari berbagai daerah di Sumatera Barat ini, juga banyak santrinya yang berasal dari kampung sekitar. Makanya tingkat pendidikan yang di kembangkan di pesantren itu, mulai dari tingkat Taman Kanak-kanak, hingga ke tingkat Aliyah.
    Afrizal Arif Tuanku Mudo, seorang Pengurus Ponpes Madrasatul 'Ulum menceritakan kalau santri yang tercatat sampai sekarang berjumlah 200 orang lebih. "Ada santri yang tetap, dan ada pula santri yang tidak tetap. Seperti yang datang dari Dharmasraya, harus disebut sebagai santri tetap, lantaran tinggalnya di pesantren ini," kata dia.
    Sedangkan yang disebut santri tidak tetap, itu yang berasal dari kampung sekitar. Semisal dari Lohong, Lubuak Pua, dan kampung terdekat lainnya. "Mereka bolak-balik dari pesantren ke rumahnya manakala jam pelajarannya selesai. Dan besoknya balik lagi ke pesantren. Begitu seterusnya," ujar Afrizal Arif.
    Menurutnya, untuk santri tingkat Taman Kanak-kanak Raudhatul Atfal, ditangani tiga orang guru. Sedangkan santri yang di MDA didampingi 11 orang guru setiap harinya. Untuk tingkat Wustha atau Tsanawiyah, ada tujuh orang guru yang tiap hari berhadapan dengan santri, dan enam orang guru yang berjibaku di tingkat 'Ulya atau Aliyah setiap waktu belajar. Kemudian, proses belajar mengajar juga dilengkapi dengan seorang pimpinan dan seorang pengasuh.
    "Sebagai pesantren yang berbasis surau, kita punya banyak jenis tamatan santrinya," kata dia. Tamat dari pendidikan Taman Kanak-kanak ada prosesinya. Begitu juga yang tamat Quran di MDA, tamat Wustha atau Tsanawiyah yang istilah lamanya tamat Tafsir, tentu punya cara tersendiri pula. Sedangkan yang tamat 'Ulya atau Aliyah, orang pesantren menyebutnya tamat Marapulai, juga ada prosesi sakral yang telah menjadi tradisi adat lamo pusako usang, yang dikembangkan sejak pesantren ini ada dulunya.
    Dari ijazah tingkat Aliyah itulah sebagian santri Madrasatul 'Ulum ini melanjutkan ke sejumlah perguruan tinggi. "Belakangan, setiap bulan puasa Ponpes Madrasatul 'Ulum dapat jatah pula untuk melakukan Pesantren Ramadhan dari Pemkab Padang Pariaman, mulai dari tingkat SD hingga tingkat SMA," sebutnya.
    Madrasatul 'Ulum Lubuak Pua yang merupakan pengembangan dari Ponpes Madrasatul 'Ulum Lubuak Pandan, Kecamatan 2x11 Enam Lingkung ini merupakan lembaga yang mewarisi tradisi ulama. Mengajarkan santrinya pandai baca Kitab Arab Gundul, yang merupakan sumber kajian Islam itu sendiri. Mulai dari kitab Tafsir, Hadist, Fiqh, Tasawuf, Nahwu, Sharaf, Mantiq, Maani, Bayan, dan ilmu lainnya yang berhubungan dengan sosial kemasyarakatan.
    Bagi pesantren yang terletak di pinggir Sungai Batang Mangoi ini, membentuk akhlakul karimah adalah pondasi awal yang harus ditanamkan kepada santri. Baik akhlak kepada agama, maupun akhlak kepada sesama makhluk Tuhan, yakni manusia. "Kalau akhlak telah baik, mau bekerja apapun nantinya santri itu, akan menjadi baik pula hasilnya," ungkapnya. (501)      

Ali Mukhni Pantas Melanjutkan Pembangunan Padang Pariaman yang Terus Berlari Kencang

Ali Mukhni Pantas Melanjutkan
Pembangunan Padang Pariaman yang Terus Berlari Kencang

Padang Pariaman--Pascagempa akir 2009 silam hingga saat ini, Padang Pariaman tidak sekedar bangkit dari keterpurukannya. Lebih dari itu, daerah ini seolah-olah melaju dengan sangat kencangnya, meninggalkan status daerah tertinggalnya, dan boleh dibilang sebagai Sumatera Barat masa depan.
    "Di sini, saya menilai bahwa seorang Ali Mukhni itu lebih hebat dari seniornya Muslim Kasim," kata B. Rangkayo Rajo Sampono, saat diminta pendapatnya tentang dinamika pembangunan Padang Pariaman lima tahun terakhir. Jarang bupati sehebat Ali Mukhni itu memimpin daerah ini.
    Betapa dalam kurun lima tahun terakhir ini, bermuculan mega proyek pembangunan berskala nasional dan internasional. Dan itu tidak sekedar wacana. Tetapi dibuktikan langsung dengan tegaknya pembangunan itu. "BP2IP dan MAN IC hampir tuntas, pembangunan Main Stadion di Lubuk Alung segera pula di mulai. Bergeraknya pembangunan jalur rel kereta api dari Duku ke BIM, pembangunan Asrama Haji dan Islamit Centre juga akan dimulai," ulas Rajo Sampono.
    Sebagai penguasa Ulayat Nagari Ketaping, Kecamatan Batang Anai, dan pemimpin di antara sekian banyak rajo di Ulayat Nan Sabaris lama, Rajo Sampono melihat Ali Mukhni mampu menerapkan pemimpin yang membangun tiga hal. Mulai dari membangun kepala, dada dan perut masyarakat Padang Pariaman. Artinya, kepala masyarakatnya harus berisi, dengan di tandainya berbagai pembangunan berskala besar tersebut.
    Selanjutnya, kata dia, dada masyarakat juga harus diisi dengan ilmu pengetahuan. Itulah gunanya diwujudkan MAN IC, BP2IP, sebagai jawaban untuk pemenuhan ilmu pengetahuan bagi masyarakat Padang Pariaman. Soal perut, adalah hal yang paling esensial bagi masyarakat. "Dengan banyaknya pembangunan, dan bergeraknya segala macam jenis proyek, jelas akan mampu menggerakkan roda perekonomian masyarakat itu sendiri, buat pengisi perutnya," ungkap Rajo Sampono.
    "Selama ini saya hidup, dan sekian banyak pula kepala daerah yang saya kenal di Padang Pariaman ini, di masa kepemimpinan Ali Mukhni inilah terasanya pembangunan tiga hal yang dianggap penting tersebut," ujar Rajo Sampono. Bayangkan, manakala perut tak berisi, alias dapur di rumah tak mengepul, mana bisa dada akan diisi dengan ilmu pengetahuan, dan tak bisa pula kepala ini berpikir untuk kemajuan. Nah, sekarang tiga hal itu terwujud dengan baik. Tinggal lagi, bagaimana memanfaatkan pembangunan demikian.
    Dalam istilah niniak mamak, aku Rajo Sampono, Ali Mukhni seorang kepala daerah yang punya pucuak bulek dan urek tunggang. Artinya, ketika melakukan lobi-lobi pembangunan untuk daerah ini di pusat sana, dia pastikan bisa berhasil dengan kekuatan pucuak atau para pejabat di lingkungan Kementerian dan DPR RI. Kemudian disertai dengan urek tunggang. Punya modal kekuatan yang luar biasa, yang tak dipunyai oleh banyak orang. Dan pembangunan yang terwujud itu, tidak dibiarkan pula jalan sendirinya.
    Sekarang, yang belum terwujud itu adalah "Nagari Nasional". Dengan adanya bandara bertaraf internasional yang disebut BIM di Nagari Ketaping, tentu dibarengi pula dengan Nagari Nasional. Artinya, semua nagari yang ada harus tumbuh dan berkembang dengan berbagai dinamika kemajuan yang mampu menembus nasional. Tidak adalagi masyarakat yang berjalan kaki terlalu jauh untuk pergi sekolah, dan tidak adalagi kampung yang tidak bisa di tempuh dengan motor.
    Nagari nasional, tentu masyarakatnya tidak lagi merasakan kesulitan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, air bersih, dan lain sebagaiman dalam kebutuhan hidup. Tentu yang namanya pembangunan berjalan secara berkesinambungan. Tidak bisa semuanya sekali jadi. "Yang jelas, Ali Mukhni telah meletakkan dasar penting untuk meraih sebuah kemajuan masa depan masyarakatnya. Dia tidak berpikir sesaat atau hanya kepentingan politik dan kekuasaan. Melainkan, jauh jangkauannya di kemudian hari," sebutnya. (501)

Sabtu, 05 Desember 2015

Melihat Tradisi Membuat Juadah yang Hampir Punah

Melihat Tradisi Membuat Juadah yang Hampir Punah

    "Bilo pajatu baralek? Kok ndak nampak juadah naiak ka rumah rang gaeknyo"? Kata-kata ini jadi pameo dulunya di daerah Padang Pariaman. Artinya, kalau masyarakat melakukan alek mempelai laki-laki, itu akan ada juadah datang ke rumah orangtuanya saat baralek dari rumah pengantin perempuan.
    Juadah ini merupakan antaran khas dalam setiap acara perkawinan. Biasanya, antaran ini disusun dalam talam-talam yang besar. Untuk membawanya pun ada yang menggunakan becak, dipikul oleh beberapa pria, atau dibawa dengan kendaraan. Antaran ini akan jadi makanan pelengkap di pesta perkawinan di rumah mempelai pria.
    Juadah ini menggunakan talam yang bertingkat-tingkat. Yang paling atas diisi kue bolu, lalu berturut-turut di talam bawahnya ada bubik, pinyaram, juadah tukua, jala bio, kue sangko, kipang, nasi manis, dan kanji. Selain kue bolu, bahan pembuat makanan dalam antaran ini adalah olahan dari beras dan beras ketan.
    Misalnya, kanji, yang mirip dengan gelamai. Makanan ini terbuat dari tepung beras ketan yang dicampur dengan larutan gula merah yang ditambah santan. Adonan ini dimasak lama dalam kuali besar hingga kental dan berminyak. Lalu dituangkan ke papan cetakan.
    Jenis makanan lain yang terbuat dari tepung ketan adalah pinyaram, jala bio, dan bubik. Pinyaram ini seperti kue cucur. Bahannya dari tepung beras yang dicampur dengan cairan gula merah, lalu digoreng dalam kuali yang langsung menjadi cetakannya. Mirip kue cucur, tapi dalam bentuk yang lebih besar.
    Nah, dalam antaran ini, terdapat beberapa jenis penganan khas Padang Pariaman. Penganan ini dibuat dalam ukuran yang besar, tapi nantinya dipotong kecil-kecil saat akan dihidangkan. Layaknya jajanan pasar, penganan ini punya cita rasa beragam: ada yang gurih, manis, dan legit.
    Sedangkan jala bio dan bubik terbuat dari tepung beras ketan dan santan. Dicetak dengan seng berbentuk jeruji, lalu digoreng. Rasanya gurih dan seperti kerupuk. Bentuknya juga unik, seperti jeruji, atau banyak dikenal sebagai kue kembang goyang. Sedangkan bubik mirip dengan adonan jala bio yang diberi inti dengan sekeping gula merah dan kelapa, lalu digoreng.
    Makanan yang terbuat dari beras ketan antara lain nasi manis atau nasi haru, kipang, dan kue sangko. Nasi manis mirip wajik dengan warna cokelat. Terbuat dari beras ketan yang dikukus, diberi gula merah, lalu dicampur dengan santan dan garam secukupnya. Prosesnya, santan dan gula merah dimasak di kuali hingga berminyak, lalu dimasukkan beras ketan yang sudah dikukus, lalu diaduk di kuali hingga kering. Kemudian dipadatkan di cetakan kayu, lalu dipotong-potong.
    Yulisni, seorang Bundo Kanduang di Nagari Padang Bintungan, Kecamatan Nan Sabaris menilai tradisi juadah sampai sekarang masih kuat, meskipun manfaatnya tak begitu kentara lagi. "Dulu, juadah boleh dibilang sebagai alat penjemput pengantin pria. Rombongan pengantin pria belum bisa sampai ke rumah pengantin perempuan, dalam bentuk pasumandan, sebelum juadah dari rumah pengantin perempuan tiba di rumahnya," ujar Yulisni.
    Menurut dia, hakikah juadah adalah hubungan tali silaturrahim diantara kedua belah pihak pengantin, serta masyarakat sekampung. Sebab, sesampainya juadah demikian, tuan rumah tidak akan sanggup menghabiskannya surang. Tak heran pula, orang yang sehabis baralek pengantin pria itu selalu membagi-bagikan juadah ke tengah masyarakat. Apakah itu ke surau, warung kopi, sampai ke acara-acara keraiaman yang diadakan di tengah masyarakat dalam suatu ketika yang berbetulan dengan acara baralek.
    Sebagai seorang perempuan yang aktif di tengah masyarakat, Yulisni ingin adanya pemikiran yang seimbang dalam hal itu. Artinya, melihat azas manfaat. "Kita bukan tidak menghargai tradisi itu. Namun, yang paling penting jangan terlalu mubazir yang terjadi di tengah masyarakat. Sedangkan modal untuk membuatnya saja lumayan mahal," kata dia.
    Dengan banyaknya jenis makanan saat ini, juadah akan lama parkirnya dalam sebuah kedai kopi tempat kaum laki-laki banyak nongkrong. "Nah, yang demikian itu akan jadi mubazir. Agaknya, perlu pengurangan pembuatannya, agar bisa cepat habis di makan oleh banyak orang," ujar dia.
    Lain pula halnya dengan Kartini. Seorang ibu rumah tangga di Sungai Geringging ini melihat tradisi membuat juadah bagi pengantin perempuan gadis atau janda yang akan kawin lagi, tetap dilanjutkan dengan segala dinamikanya. Kartini merasakan, kurangnya semangat gotong royong dalam pembuatan juadah saat ini, saking mudahnya mendapatkan juadah itu.
    "Dulu, untuk membuat juadah butuh banyak tenaga dengan cara gotong royong para pemuda kampung. Boleh dibilang, empat hari menjelang hari H pesta, itu sudah ramai dengan kesibukan. Mulai dari tagak pondok, membuat juadah oleh generasi muda, sampai ke persoalan baretong seusai alek telah selesai dilakukan," ungkapnya.
    Sekarang, semua itu kalau tidak boleh dibilang hilang atau hampir punah, ya jauhlah berkurangnya, bila dibandingkan dengan zaman saisuak. Termasuk sekalian budaya mengantarkan juadahnya pun sekalian mulai agak hilang dari peredaran. "Kalau mau baralek pengantin perempuan, sudah ada juadah yang tinggal beres. Itu di Simpang Juadah, Kamumuan, Kecamatan Sungai Limau. Kapanpun kita inginkan juadah, akan selalu tersedia dengan cepat," ujar Kartini.
    Dengan harga yang terjangkau, jelas akan mampu menumbuh-kembangkan usaha pembuatan juadah demikian bagi si pelakunya. Buktinya, saking banyaknya yang membeli juadah, sampai-sampai persimpangan tempat lokasi pembuatannya itu dinamakan dengan "Simpang Juadah" oleh masyarakat secara umumnya.

Jumat, 04 Desember 2015

Kesalahan Rekrutmen Pengawas TPS Bakal Mengurangi Partisipasi Pemilih

Kesalahan Rekrutmen Pengawas TPS Bakal Mengurangi Partisipasi Pemilih

Padang Pariaman--Kurang dari sepekan lagi, masyarakat Padang Pariaman dan Sumatera Barat menggelar Pilkada. Partisipasi permilih setiap momen Pilkada dan Pemilu jadi catatan tersendiri, karena selalu menurun, meskipun anggaran sosialisasinya selalu ditingkatkan.
    Ada satu hal lagi yang membuat berkurangnya jumlah pemilih; rekrutmen Pengawas Tempat Pemungutan Suara (TPS) yang dinilai tidak tepat sasaran, alias tidak menempatkan orang yang punya hak pilih pada TPS setempat. Seperti seseorang Pengawas TPS di salah satu TPS di nagari A, tetapi dia punya hak pilih di salah satu TPS di nagari B.
    "Ini tentunya ranah Panwaslu Padang Pariaman. Namun, selaku KPU yang menggelar Pilkada, saya kawatir hal yang seperti itu akan berdampak pada berkurangnya partisipasi pemilih," kata Vifner, Ketua KPU Padang Pariaman.
    Bayangkan! Pengawas TPS harus hadir pada saat petugas KPPS akan memulai. "Logikanya, dia akan lebih memilih mengawas, karena itu akan dapat uang, ketimbang memilih yang sama sekali tak dapat uang. Namun, sekali lagi itu ranahnya Panwaslu," ujar dia.
    Ketua KPU Vifner mengatakan, kerja keras pihaknya untuk mencapai target 78 persen partisipasi pemilih dalam Pilkada serentak pekan depan juga dipengaruhi segmentasi pemilih. Salah satunya pemilih pemula yang mencapai 7.900 di daerah ini.
    Pilkada Gubernur dan Wakil Gubernur Sumbar, Bupati dan Wakil Bupati Padang Pariaman menjadi pengalaman pertama bagi pemilih pemula yang telah berumur 17 tahun. Katanya, dengan minim pengalaman, pemilih pemula perlu dipandu atau diberikan sosialisasi tentang Pilkada.
    "Sosialisasi Pilkada terhadap siswa yang telah punya hak pilih, terus kita lakukan," kata dia. Belum adanya pengalaman serta pemahaman mereka tentang urgennya Pilkada ini, terkadang membuat sebahagian mereka tidak menggunakan hak pilihnya. Menimbulkan pemahaman pentingnya Pilkada dan rasionalisasi dalam menentukan pilihan.
    Vifner menjelaskan demikian, saat melakukan sosialiasi Pilkada serentak di SMA N 1 Enam Lingkung yang menggelar acara itu bersama Forum Masyarakat Peduli Sumatera Barat, Sabtu lalu.
    Sebelumnya, kata Vifner, KPU Padang Pariaman melakukan sosialisasi Pilkada ke seluruh sekolah SMA, SMK dan MA. "Mengambil jam Kultum dan menjadi pembina upacara, merupakan bagian penting sekalian dalam sosialiasi Pilkada kepada pemilih pemula disampaikan oleh penyelenggara," ungkap Vifner.
    Ketua Panwascam Kecamatan Lubuk Alung Ilhamsyah bersama anggotanya Yardi, mengakui ada segelintir Pengawas TPS yang beda tempat tugasnya dengan TPS tempat dia memilih. "Hanya sedikit persentasenya dari 95 Pengawas TPS yang kami rekrut. Itupun telah diantisipasi, dan dipastikan mereka tidak akan golput dalam Pilkada," ungkap mereka.
    "Meskipun tidak ada petunjuk tekhnis tertulis soal itu, kita telah mengantisipasinya dengan baik," ujar mereka lagi.
    Komesioner Panwaslu Padang Pariaman, Netti Nerawati menilai rekrut Pengawas TPS yang dilakukan Panwascam telah sesuai aturan main yang berlaku. "Insya Allah, adanya sebagian kecil kasus seperti itu tidak akan mengurangi partisipasi pemilih, khusus di kalangan internal Panwaslu itu sendiri," tegas dia.
    Netti Nerawi mengaku pihaknya tidak menurunkan surat edaran tertulis, terkait kebijakan demikian. "Secara tertulis tidak kami buat. Tetapi secara lisan, telah kami sampaikan, bahwa Pengawas TPS wajib bertugas sejak pagi di TPS, dan wajib pula melakukan pencoblosan, sebagai warga masyarakat yang telah punya hak pilih," ungkapnya. (501)

Kamis, 03 Desember 2015

AM - SB Ingi Jujur dan Merakyat, Al - Yuda Pastikan Tidak Ada Pejabat yang Masuk Penjara

Debat Publik Cabub dan Cawabup Padang Pariaman
AM - SB Ingi Jujur dan Merakyat, Al - Yuda Pastikan Tidak Ada Pejabat yang Masuk Penjara

Parit Malintang--Mungkin karena dua pasang calon yang akan berlaga pada, Rabu 9 Desember mendatang di Kabupaten Padang, KPU lebih mudah mengatur jalannya debat publik, Sabtu (28/11) malam di Aula IKK Parit Malintang.
    Sejak dari awal keberangkatan pasangan calon menuju IKK, tempat berlangsungnya debat yang dipandu Yuliandre Darwis itu, kedua pasangan calon telah diatur sedemikian rupa, agar tidak terjadi bentrok. Hanya saja, dalam debat terjadi sedikit pukulan yang tentunya dirasakan para kandidat bupati dan wakil bupati lima tahun mendatang tersebut.
    Seperti pasangan nomor urut satu, Ali Mukhni - Suhatri Bur (AM - SB) bersama tim pendukungnya datang dari arah Padang, bibawah pengawalan aparat keamanan. Sedangkan pasangan nomor urut dua Alfikri Mukhlis - Yulius Danil (Al - Yuda) dengan pasukannya datang dari arah Bukittinggi, juga dikawal oleh aparat Polres Padang Pariaman.
    Setiba di IKK, pasangan satu diarahkan ke jalur kanan, dan pasangan dua ke jalur kiri, sampai ke dalam ruangan yang hanya setiap pasangan dibolehkan memasukkan 75 orang tim pendukung. Debat publik yang mengusung tema; tata kelola pemerintahan dan penegakan hukum itu berlangsung meriah dan sengit.
    Dalam penyampaian visi misi kedua calon tersebut, masih terlihat sama rancak dan mantap, yakni sama-sama mewujudkan kesejahteraan masyarakat Padang Pariaman. Yuliandre Darwis, selaku pemandu sekaligus panelis terhadap dua pasangan calon itu, sempat keringat dingin untuk menenangkan suasana dari kedua tim pendukung yang tentunya sangat antusias memberikan aplus dan tepuk tangan, plus mengacungkan satu dan dua jari tangan, sesuai nomor urut pasangan yang jadi jagoannya.
    Namun, ketika masing-masing kandidat diminta saling bertanya, maka di sinilah nampak adanya ketegangan. Seperti pasangan nomor urut dua, Yulius Danil bertanya pada pasangan nomor urut satu, tentang berturut-turutnya Padang Pariaman dapat WTP dalam soal pengelolaan keuangan daerah, tetapi kok semakin banyak pejabat yang nginap di penjara.
    Ali Mukhni menjawab, persoalan pengelolaan pemerintahan yang dilakukannya selama lima tahun, adalah murni penilaian BPK RI Perwakilan Sumbar. "Soal masuk penjara, tentu hal demikian terpulang pada person masing-masing pejabat. Pejabat yang masuk penjara itu tidak hanya di daerah ini. Malah di tingkat nasional sana juga banyak. Dan itu bukan pemerintahannya yang salah. Melainkan, tambah nampak kepedulian pemerintah itu dalam soal penegakkan hukum di negeri ini," kata Ali Mukhni.
    Di akhir acara, untuk waktu satu setengah menit masing-masingnya, Ali Mukhni ingin mewujudkan pemerintahan yang jujur, bersih dan merakyat. Melanjutnya semua agenda yang masih terbengkalai. "Kita yakin, dan haqqul yakin, dua sampai tiga tahun mendatang, impian menjadikan Padang Pariaman Sumbar masa depan akan terwujud," katanya.
    Sedangkan Yulius Danil yang menyampaikan harapan dari pasangan nomor dua ini, ingin pemerintahannya berjalan efektif, transparan dan stabil. "Jika pasangan kami yang terpilih, tidak akan ada pejabat dan ASN yang masuk penjara," katanya. (501)

Debat Publik Pilkada Padang Pariaman Berakhir Galian C Lubuk Alung dan Kakao Jadi Isu Hangat dalam Perdebatan

Debat Publik Pilkada Padang Pariaman Berakhir
Galian C Lubuk Alung dan Kakao Jadi Isu Hangat dalam Perdebatan

Parit Malintang--Debat publik pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati Padang Pariaman, Rabu (2/12) malam di Hall IKK Parit Malintang selesai dengan mantap, dan tentunya diharapkan bisa menjadi tolak ukur bagi masyarakat pemilih, untuk menentukan pilihannya pada Rabu 9 Desember depan.
    Debat publik edisi dua atau terakhir dari rangkaian debat yang dilakukan KPU Padang Pariaman itu, mengangkat tema; Pembangunan Ekonomi, Lingkungan Hidup, dan Sosial Budaya tersebut di-moderatori; Eka Vidya Putra, kandidat doktor dari UNP Padang. Kedua pasangan calon; Ali Mukhni - Suhatri Bur dan Alfikri Mukhlis - Yulius Danil tampil lebih bersemangat lagi.
    Menurut Ketua KPU Padang Pariaman, Vifner debat publik kali ini merupakan yang terakhir, dari proses Pilkada bagian debat. Dia menginginkan semua pihak di daerah itu ikut dalam menyukseskan hajatan Pilkada yang digelar lima tahun sekali itu.
    "Alhamdulillah, sejak dari awal hingga berakhirnya debat publik ini, semua tahapan Pilkada berjalan sesuai harapan," ungkapnya. Pihaknya ingin, hingga berakhirnya Pilkada tidak ada kegaduhan politik, yang akan mengganggu jalannya pesta demokrasi lokal ini.
    Dalam penyampaian visi dan misi yang terkait dengan tema debat, Ali Mukhni, calon dengan nomor urut satu ini menyampiakan pentingnya tiga komponen dalam pembangunan integrasi mendatang, yakni pemerintah, swasta, dan masyarakat. "Padang Pariaman yang punya banyak wisata alam, butuh pihak swasta atau investor untuk memajukannya," sambung Suhatri Bur, calon Wakil Bupati yang akan mendampingi Ali Mukhni lima tahun mendatang.
    Sedangkan pasangan Alfikri Mukhlis - Yulius Danil menekankan pentingnya etika dalam berbudaya. Membangkitkan kembali budaya daerah yang akhir-akhir ini mulai hilang dan hampir punah ditelan oleh budaya asing yang kian kencang masuknya. Pihaknya ingin pula adanya pemberdayaan guru mengaji dan sarana masjid, surau dan pondok pesantren. "Bila masyarakat cerdas, pemerintah akan merasakan ringannya beban tugas," kata Yulius Danil.
    Soal tambang galian C yang banyak di temukan di Lubuk Alung, malam itu juga jadi pembicaraan hangat, dan masuk dalam isu-isu yang di kembangkan pada saat debat. Ali Mukhni - Suhatri Bur mengaku tidak sembarangan dalam menerbitkan izin terhadap persoalan demikian. Sedangkan Alfikri Mukhlis - Yulius Danil ingin adanya penataan wilayah secara baik. Semisal, wilayah ini kawasan pertanian. Kecamatan ini untuk pengembangan kelautan dan perikanan, dan begitu juga selanjutnya.
    Namun, yang paling hangat itu dalam soal kakao dan PDAM. Ali Mukhni - Suhatri Bur melihat kakao yang telah menjadi pusat pengembangannya di Padang Pariaman telah banyak meningkatkan kesejahteraan masyarakat petani. "Tidak sedikit para petani kita yang telah naik haji, akibat membudidayakan kakao," terangnya.
    Lain halnya yang dilihat Yulius Danil, dimana kakao Padang Pariaman hanya tinggal kenangan, dan telah menjadi rimba raya. "Bila kami terpilih, tanaman kakao ini akan di-tumpangsari-kan dengan tanaman lainnya. Digarap secara optimal, dengan memperkuat posisi Dinas Pertanian," kata calon dengan nomor urut dua ini.
    Meskipun moderator Eka Vidya Putra menerapkan aturan main yang akan dijalankan selama debat berlangsung, namun tetap saja dilanggar oleh kedua tim pasangan. Mungkin karena semangat dalam melihat tampilan jagoannya dalam berdebat. Padahal, moderator telah memberikan ruang tersendiri untuk memberikan aplus atau penyemangat. Tetapi yang namanya pendukung, tentu sesekali tertabrak juga larangan itu.
    Saat closing statemen yang diberikan satu menit kepada setiap pasangan oleh moderator, Ali Mukhni ingin Padang Pariaman lima tahun mendatang jauh lebih baik lagi. Dia memuji calon wakilnya, Suhatri Bur, yang merupakan anak muda progresif. "Pilihlah nomor satu, jaga kebersamaan pada 9 Desember," ungkap Ali Mukhni.
    Sedangkan Alfikri Mukhlis - Yulius Danil, biarlah berbuat sebiji, dan tidak berjanji segunung. "Mari sama kita jaga TPS, karena tingkat kecurangan Pilkada terjadi di TPS," tegasnya. (adv)