wartawan singgalang

Selasa, 14 Juli 2015

Kebersihan Masjid Membuat Kesejukan Bagi Jemaah Shalat Tarwih

Kebersihan Masjid Membuat Kesejukan Bagi Jemaah Shalat Tarwih

Lubuk Alung--Lain masjid, lain pula cara pelaksanaan ibadah Shalat Tarwih-nya selama bulan Ramadhan ini. Namun demikian, tujuannya hanya satu yaitu mendirikan Ramadhan sesuai apa yang digariskan oleh agama Islam itu sendiri. Perbedaan cara dan tradisi di masing-masing masjid, hendaknya dijadikan sebuah dinamika, bahwa ibadah yang dilakukan itu berdasarkan ilmu pengetahuan.
    Ada sejumlah masjid di Kecamatan Sintuak Toboh Gadang dan Lubuk Alung yang Singgalang sering melakukan ibadah Shalat Tarwih bersama keluarga selama puasa tahun ini. Mulai dari Masjid Al-Hasanatain, Simpang Tigo, Sintuak, Masjid Berkah di Toboh Gadang. Terus Masjid Raya Mujahidin dan Masjid Baiturrahmah di Lubuk Alung.
    Keempat masjid tersebut, pelaksanaan Shalat Tarwih-nya sama, yakni 11 rakaat plus Shalat Witir. Namun, punya perbedaan masing-masingnya yang tidak segnifikan. Masjid Berkah yang terletak di pinggir jalan Pariaman - Padang itu paling acap Singgalang melakukan Tarwih di dalamnya. Masjid yang didirikan H. Bagindo Djamaris secara pribadi itu melakukan Tarwih dengan cara dua rakaat dan satu salam.
    Sedangkan masjid yang tiga lagi, melakukan Shalat Tarwih dengan sistim empat rakaat, satu salam. Perbedaan yang terjadi itu, tentu merupakan bagian dari khilafiyah yang tak perlu pula dibesar-besarkan. Yang jelas, keempat masjid yang Singgalang rutin melakukan Tarwih secara bergantian itu tetap semarak, hingga menjelang akhir Ramadhan saat ini.
    H. Darmon, anggota DPRD Sumatera Barat yang putra Lubuk Alung memberikan catatan khusus pada Singgalang, tentang kekurangan Masjid Raya Mujahidin yang terletak di jantung Lubuk Alung. Bagi Darmon yang pernah jadi guru ngaji di masjid itu, kebersihan tikar Masjid Raya Mujahidin yang digunakan tiap waktu untuk sembahyang perlu dibersihkan terus. Dan demikian itu, sangat membutuhkan tenaga khusus yang tak bisa dipercayakan sepenuhnya kepada remaja masjid.
    "Masjid yang tiap malamnya mampu mengumpulkan banyak uang dari jemaah ini harus punya tenaga kebersihan. Sebab, kebersihan masjid akan menjadi daya tarik tersendiri oleh jemaah untuk melakukan ibadah di dalamnya. Kemudian, perlunya lampu otomatis di bagian dalam ruang masjid ini, untuk mengantisipasi manakala lampu listrik mati," kata Darmon.
    Soal kebersihan masjid, mungkin Masjid Baiturrahmah Lubuk Alung perlu jadi acuan. Meskipun dalam masjid yang terletak di Balah Hilia itu tak punya remaja masjid seperti masjid besar lainnya di wilayah itu, namun kebersihan tikar sembahyang dan tempat wuduk menjadi persoalan nomor satu oleh masjid itu.
    Begitu juga di Masjid Berkah. Masjid yang hadir sejak beberapa tahun belakangan ini tersebut sangat memperhatikan kebersihan masjid. Saking itunya, jemaah yang merasa kelelahan pun usai shalat lima waktu dilarang tidur diatas tikar yang digunakan untuk shalat demikian. Hal itu sengaja diumumkan di bagian dinding masjid, agar di ketahui oleh jemaah.
    Hebatnya lagi, Masjid Berkah sejak awal puasa masuk hingga nanti berakhirnya bulan yang pernuh berkah ini selalu menyediakan menu buka puasa. Terutama bagi musyafir yang kepepet di jalanan, baik dari arah Padang menunju Pariaman, Maninjau dan Pasaman Barat. Begitu juga sebaliknya, bisa dengan nikmatnya berbuka puasa sekalian Magrib berjemaah di masjid tersebut.
    Berbeda halnya dengan masjid-masjid lainnya di seantero Sumatera Barat ini, selama menjalankan ibadah di masjid tersebut, tidak ada panitia mengumumkan uang masuk dan uang keluar. Tidak ada pula kontak infak berjalan di depan jemaah. Honor penceramah Ramadhan, langsung pribadi Bagindo Djamaris yang memberikan. Kalau jemaah ingin juga menyumbang, Masjid Berkah hanya menyediakan kontak infak di depan pintu masuk masjid.
    Suatu malam, datang tim safari Ramadhan dari MTsN Pauh Kambar ke Masjid Berkah. Siswa sekolah agama di bawah naungan Kemenag yang setara dengan SMP itu ingin mengisi Ramadhan, sekaligus perkenalan program unggulan sekolah tersebut. Mereka tampil lima orang. Seorang pembawa acara, seorang pembaca ayat suci Al-Quran, dan tiga orang lagi ceramah secara bergantian dalam tiga bahasa pula; Arab, Inggris dan Bahasa Indonesia.
    Masjid Al-Hasanatain Sintuak menarik juga untuk dinikmati. Sebelum penceramah menyampaikan taushiyahnya, salah seorang santri dan santriwati MDA masjid itu tampil di depan banyak orang menyampaikan pengajian. Tentu hal itu sebuah pembelajaran yang dilakukan Ikatan Remaja Masjid (IRM) Al-Hasanatain terhadap calon masa depan bangsa, khusus dalam bidang agama. (501)