wartawan singgalang

Kamis, 29 Januari 2015

Labai Berdiri di Halaman Syarak dan Tepian Adat

Labai Berdiri di Halaman Syarak dan Tepian Adat

Padang Pariaman---Di Padang Pariaman labai adalah urang siak. Tak heran setiap surau di daerah ini punya seorang labai yang diangkat oleh kaum atau masyarakat korong terkait. Tergantung surau milik siapa. Kalau surau milik kaum, labainya terdiri dari yang patut dari suku bersangkutan.
    Tapi kalau suraunya sistim korong, labai diambilkan dari yang patut menurut masyarakat dalam korong itu. Sebab, di Padang Pariaman surau ada yang kepunyaan kaum dan ada juga yang kepunyaan korong. Semisal di VII Koto Sungai Sariak, itu surau kepunyaan suku. Setiap suku punya surau masing-masingnya. Dengan ini, setiap suku itu tentu punya seorang labai pula.
    Labai menurut ketentuannya, adalah insan yang berdiri di halaman syarak (agama) dan tepian adat. Artinya, setiap seseorang yang diangkat menjadi labai, setidak-tidaknya dia harus sedikit banyaknya paham soal agama dan adat yang berlaku di nagarinya. Mengangkat seseorang jadi labai, itu juga berbeda pula cara dan tradisinya setiap kampung di Padang Pariaman.
    Di Kecamatan VII Koto Sungai Sariak lama (Padang Sago, Patamuan dan VII Koto), itu proses pelantikan seseorang jadi labai memakan waktu cukup panjang. Bila telah disepakati yang bersangkutan untuk jadi labai, itu dilakukan prosesinya di suraunya. Ratik petang Kamis dinamakan. Yakni, Setiap Kamis malam para urang siak selingkaran kampung itu ikut melakukan ratik petang Kamis selama sebulan.
    Sehabis itu, yang akan jadi labai diangkut ke Ulakan, makam Syekh Burhanuddin oleh labai yang tua dalam nagari. Di Ulakan itu dia melakukan shalat, yang dinamakan dengan shalat 'Buraha', yakni shalat yang pahalanya dihadiahkan ke Syekh Burhanuddin. Ini disebut sebagai tawasul dalam beragama, karena yang bersangkutan akan menjalankan titah agama dan adat yang dibawa oleh Syekh Burhanuddin dulunya.
    Lain pula caranya di Nagari Ulakan. Di sini surau milik korong. Dalam satu korong ada tiga sampai lima unit surau, tergantung luas dan banyaknya penduduk dalam korong yang ada di Ulakan. Di Korong Padang Toboh misalnya, ada empat surau. Surau Rimbo Aka terletak di Dusun Rimbo Aka, Surau Kampuang Paneh terletak di Dusun Kampuang Paneh, Surau Kariang dan Surau Rambai terletak di Dusun Kampuang Tangah. Dari empat surau yang ada di Padang Toboh ini, hanya tiga surau yang pakai labai. Sedangkan Surau Rambai tak pakai labai, karena surau kecil itu dianggap sebagai pengembangan dari Surau Kariang.
    Labai ada yang minta berhenti dari jabatannya, dan ada pula yang diberhentikan oleh masyarakat korong. Tentu tergantung dinamika yang terjadi di tengah masyarakat bersangkutan. Meskipun dia berhenti atau diberhentikan, orang banyak atau yang lebih tua dari dia tetap saja memanggilnya dengan sebutan mak labai, ajo labai, pak labai, inyiak labai dan lain sebagainya. Labai, sama juga dengan pemimpin lainnya di tengah masyarakat. Dia juga nyaris 24 jam bekerja secara sukarela. Tidak ada gaji tetap dari masyarakat, atau insentif dari pemerintah daerah.
    Kerja yang nyaris 24 jam demikian, ada yang bersifat kewajiban bagi dirinya selaku urang siak di tengah masyarakat, dan ada pula yang fardlu kifayah. Yakni, suatu kewajiban berdosa orang sekampungnya, bila tidak dilakukan. Semisal menyelenggarakan jenazah. Nah, disinilah peran dan tugas penting yang diemban oleh insan yang namanya labai. Bila ada anggota keluarga yang meninggal, mencari labai yang pandai mencuci dan menyelenggarakan mayat ini sudah mulai dirasakan sulitnya.
    Usman Labai, satu dari ratusan labai yang ada di Padang Pariaman yang dinilai jauh melangkah kedepan. Disamping jadi labai yang dia jalani sejak berusia 14 tahun hingga sekarang di nagarinya; Parit Malintang, Kecamatan Enam Lingkung, dia juga seorang pejabat di lingkungan Pemkab daerah itu. Sekarang Usman Labai dipercaya sebagai Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Padang Pariaman oleh induk semangnya, Bupati Ali Mukhni. Dia tahu persis bagaimana parasaian dan beratnya beban yang diemban oleh seorang labai dalam masyarakat.
    "Labai dengan tuanku memang sama-sama urang siak atau ulama. Namun, labai inggok basicakam, tagak basitumpu. Punya kekuatan yang lebih sedikit dari tuanku dalam kampunya. Labai orang dipilih oleh masyarakat dari sekian banyak anggota masyarakat yang patut dan mungkin. Sedangkan tuanku orang yang tamat dalam sebuah perguruan surau atau pesantren, yang kalau tuanku tiba di kampungnya dia akan sama dengan tokoh masyarakat biasa," kata Usman Labai.
    Usman Labai ingin ikut memberikan kontribusi positif terhadap komunitas labai ini di Padang Pariaman. Untuk itulah, dia mencoba melangkah kedepan, masuk dalam pusaran politik yang akan di mainkan pada masa Pilkada tahun ini atau tahun depan. Kalau jadi, dan berhasil nantinya, mungkin inilah baru sejarahnya labai bisa jadi Bupati di Padang Pariaman sejak daerah itu ada. "Selama ini, baik labai maupun tuanku belum ada yang memegang tampuk kekuasaan. Kalau jadi anggota dewan, sudah banyak tuanku yang jadi. Bahkan, saling berganti setiap lima tahunnya dari partai yang berbeda pula," ujarnya.
    "Kita tahu, H. Iskandar Tuanku Mudo, ulama dan pimpinan Pondok Pesantren Madrasatul 'Ulum Lubuk Pandan pernah jadi anggota DPRD Padang Pariaman dari Golkar. H. Muhammad Zen, tokoh ulama dari NU naik lewat PPP, Darwinis Jen Tuanku Sutan, tokoh Perti dari PPP, Zulhelmi Tuanku Sidi dari PKB. Tentu para labai dan tuanku punya hak yang sama dengan masyarakat lainnya dalam soal politik, baik di eksekutif maupun di legislatif," ungkapnya. (damanhuri)

Kepedulian Baznas Warga Miskin Itu Berhasil Dioperasi dan Dirawat Khusus

Kepedulian Baznas
Warga Miskin Itu Berhasil Dioperasi dan Dirawat Khusus

Padang Pariaman--Dodi Fahrizal yang menderita penyakit tomor ganas, Sabtu lalu selesai menjalani operasi di Semen Padang Hospitas. Warga miskin di Sibaruas, Nagari Pilubang, Kecamatan Sungai Limau berusia 26 tahun itu dapat bernafas legas, karena penyakit yang diderita di bagian hidungnya bisa disingkirkan secara medis.
    Sementara itu, Ririn, anak 26 bulan yang menderita penyakit Ichthisis atau kelainan kulit, juga telah dapat dirawat secara intensif di RSUP M. Djamil, Padang. Ririn yang warga Pilubang itu dapat dirawat setelah diberikan rujukan dari Puskesmas Sungai Limau.
    Irwansyah yang menderita penyakit kanker rectum, warga Kuranji Hilia, Kecamatan Sungai Limau juga telah dioperasi pada hari yang sama di M. Djamil, Padang. Sedangkan Andi Pramiko yang berusia 27 tahun mengalami penyakit kanker paru komplikasi, saat ini dirawat khusus di M. Djamil, Padang.
    Kamis kemarin, Sekretaris Komisi II DPRD Padang Pariaman, Tri Suryadi bersama Walinagari Pilubang, Khaidir, Koordinator Promkes; Anis Hayati mengunjungi sekaligus menyerahkan bantuan Baznas Padang Pariaman kepada empat orang warga Kecamatan Sungai Limau yang sedang dirawat demikian.
    "Semuanya merupakan warga miskin yang pantas dan patut dapat bantuan dari Baznas. Mereka ada yang telah lama mengalami penyakit itu yang nyaris tidak diketahui. Nah, kehadiran kita sekaligus memberikan bantuan sekedarnya, merupakan wujud dari kepedulian," kata Tri Suryadi, politikus Gerindra Padang Pariaman ini.
    Sebelumnya, kata Tri Suryadi, pihaknya telah membawa Bupati Ali Mukhni ke rumah Dodi di Sibaruas. Atas anjuran bupati yang diintruksikan ke Dinas Kesehatanlah, Dodi dapat dioperasi dengan baik dan aman.
    Tri Suryadi dan Anis Hayati, merupakan warga Sungai Limau yang ikut penduli dan andil terhadap sosial kemasyarakatan. Apalagi, Tri Suryadi sebelum jadi anggota dewan terhormat, adalah walinagari Pilubang dulunya, yang banyak tahu soal parasaian masyarakatnya sendiri.
    Bagi Tri Suryadi, semua masyarakat Padang Pariaman harus mendapatkan pelayanan kesehatan. Warga miskin tidak boleh terhalang untuk berobat, akibat ketidak-adaan uang. Disinilah peran berbagai pihak, termasuk dirinya, dan Baznas Padang Pariaman sebagai lembaga yang mengelola zakat para PNS di lingkungan Pemkab daerah tersebut. (damanhuri)

Minggu, 25 Januari 2015

Memasyarakatan Budaya Malamang dan Makan Bajamba di Kalangan Pelajar

Memasyarakatan Budaya Malamang dan Makan Bajamba di Kalangan Pelajar

Lubuk Alung--Sabtu pagi itu Lubuk Alung dan Padang Pariaman sedikit dilanda hujan. Suasana yang seharusnya untuk bermalas-malas di rumah bersama keluarga, sepertinya saat itu tidak tampak di komplek SMA N 1 Lubuk Alung. Malah di sekolah yang jadi kebanggaan itu sedang mengepul banyak asap yang sengaja dibuat oleh pelajar yang sedang mengikuti festival malamang.
    Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di sekolah yang dipimpin Dian Mulyati Syarfi itu sengaja diadakan tradisi lokal Padang Pariaman; malamang dan makan bajamba. Tapi peringatan hari besar Islam-nya tidak dengan badikia, yang lazim dilakukan di surau dan masjid perkampungan daerah itu.
    Festival malamang diikuti seluruh SMA/SMK dan MA yang ada di Padang Pariaman. Masing-masing sekolah tersebut mengirim utusannya sebanyak lima orang. Tentu yang dilombakan, mana lamang yang enak dan rancak dari ratusan lamang yang dibuat oleh pelajar demikian.
    Sungguh pemandangan yang sangat menarik, dan patut diapresiasi oleh banyak kalangan. Lamang, kalau dalam bahasa plesetannya adalah labo mangaji. Biasanya yang pandai membuat makanan yang dibuat dari beras pulut, dimasukan kedalam buluah lalu di panaskan dengan api tersebut hanya para amak-amak atau orang tua yang pandai. Namun, kali ini sangaja Kepala SMA Lubuk Alung ingin membalikkannya.
    Yang namanya lomba, tentu sejak awal prosesnya. Dimulai dari membersihkan buluah, sebelum diisi dengan beras pulut yang dialas dengan pucuk daun pisang. Semua pelajar yang ikut itu tampak antusias sekali. Mereka ingin, lamang yang dibuatnya bisa masuk kategori juara. Sejak pagi lamang dibuat, siang hari menjelang sore, makanan itu pun matang.
    Lamang yang matang dipotong-potong, ditarok dalam piring secara berjejeran di beranda sekolah. Dicicipi sedikit demi sedikit oleh sang juri yang telah ditentukan. Tentu jurinya orang yang telah ahli dan lihai membuat lamang pula. Kemudian, para tamu yang datang juga diberikan sebatang lamang, sebagai buah tangan dari tuan rumah yang tengah baralek.
    Sementara, para guru juga dilombakan untuk membuat jamba yang rancak pula. Jamba dijujung di kepala dari sebuah ruangan ke masjid tempat peringatan maulid dilakukan dalam komplek SMA demikian. Sepertinya, SMA Lubuk Alung ingin membudayakan tradisi Padang Pariaman yang sangat kental dengan malamang dan makan bajamba saat hajatan maulid tersebut.
    Jamba ditarok dalam masjid secara teratur. Jamba yang berisi nasi lengkap dengan sambalnya itulah yang akan disantap oleh semua yang hadir dalam masjid tersebut, setelah ceramah maulid yang disampaikan Prof Duski Samad selesai.
    Bupati Ali Mukhni sangat respon terhadap kegiatan itu. Secara pribadi dia menyediakan tropy bergilir dan tabanas bagi pemuncaknya. "Lamang adalah ciri khas Padang Pariaman. Hampir setiap momen ada saja makanan yang bernama lamang disajikan masyarakat. Kita harapkan, malamang bisa dijadikan sebagai kalender tahunan, dan muatan lokal dalam bidang studi di sekolah," kata dia saat menyerahkan hadiah.
    Dan memang terbukti adanya. Malamang atau membuat lamang di Padang Pariaman tidak terjadi pada bulan maulid saja. Bahkan, sebulan jelang puasa masuk, di daerah itu dinamakan dengan bulan lamang. Dan setiap kali memperingati kematian anggota keluarga, juga disajikan makanan lamang. Lamang, tentunya budaya luhur dan dimulai sejak Syekh Burhanuddin mengembangkan Islam di Ulakan, Padang Pariaman dulunya. (damanhuri)

Sabtu, 17 Januari 2015

PNS yang Bekerja Sepenuh Hati Anis Hayati Bebaskan 11 Orang Gila dari Pasungan

PNS yang Bekerja Sepenuh Hati
Anis Hayati Bebaskan 11 Orang Gila dari Pasungan

Sungai Limau--Bekerja sepenuh waktu (full time) mungkin sudah merupakan hal biasa. Bahkan, tak sedikit orang yang seakan lupa waktu karena keasyikan bekerja. Namun, mengabdi sepenuh hati (full heart), mungkin tak banyak yang melakukannya. Apalagi bekerja dengan ketulusan cinta!
    Anis Hayati Sarjana Keperawatan (SKep) barangkali merupakan satu dari sedikit pegawai negeri sipil (PNS) yang mengabdi sepenuh hati dan dengan ketulusan cinta. Setidaknya begitulah kesan yang diperoleh sewaktu mendapat informasi tentang perawat yang satu ini.
    Menurut pemberi informasi, Anis Hayati telah berhasil memfasilitasi pengobatan 20 orang gila atau penderita gangguan kejiwaan di Kecamatan Sungai Limau, Kabupaten Padang Pariaman, dalam tahun 2014 lalu, 11 di antaranya dipasung oleh keluarganya atau oleh masyarakat. Para penderita pun berangsur pulih dan menjalani kehidupan normal. Ketika dihubungi via telepon selulernya, diketahui ternyata Anis Hayati merupakan figur perawat yang tidak muda lagi.     Perempuan kelahiran 28 Desember 1958 ini sudah mengabdikan diri sebagai perawat dengan status PNS sejak Maret 1982, hampir 33 tahun. Namun, semangatnya terkesan masih sangat belia! Perempuan yang bertugas di Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Sungai Limau ini mengaku melakukan hal itu karena dorongan hati nurani. "Mereka juga manusia, sama seperti kita. Jadi, selayaknyalah kita membantu mereka untuk sembuh. Alhamdulillah, Tuhan menunjukkan jalan dan memberi kekuatan kepada kami," ujarnya.
    Anis mengaku, untuk melepaskan penderita dari pasungan bukanlah urusan mudah. Umumnya keluarga dan masyarakat menyatakan sikap menentang, bahkan dengan sengaja menyembunyikan tempat penderita mereka pasung. Mereka beralasan jika orang gila dilepaskan dari pasungan bisa mengganggu keamanan dan ketentraman.
    "Namun, saya tak menyerah. Insya Allah, dengan izin-Nya, saya terus berupaya melakukan pendekatan kekeluargaan. Langkah awal saya melepaskan penderita dari pasungan, kemudian berusaha memandikannya. Keluarga dan masyarakat hanya melihat dari kejauhan karena alasan takut. Padahal, kondisi fisik penderita sudah sangat lemah," papar Anis.
    Ternyata sentuhan dengan hati yang dia lakukan segera membuahkan hasil. Pasien menunjukkan respons, bahkan ada yang meminta sandal. Langkah selanjutnya, Anis mengirim pasien ke Rumah Sakit Jiwa (RSJ) HB Saanin di Padang dengan surat pengantar rujukan dari Pimpinan Puskesmas Sungai Limau.
    Ditanya dari mana sumber biaya untuk mengirim pasien ke RSJ seperti pembeli bahan bakar minyak (BBM) mobil Puskesmas dan biaya perawatan pasien, Anis menjelaskan, ia menggunakan dana pribadi. Selain itu, ia juga mengetuk pintu hati rekan-rekan kerja di Puskesmas dan mereka urun-rembug sesuai kemampuan masing-masing.
    "Biaya perawatan kan ditanggung Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. Saya hanya mengeluarkan dana untuk mengurus kartu BPJS atas nama pasien yang hendak dikirim ke RSJ," kata Anis pula sembari menambahkan, penggantian dana resmi yang ia terima selama 2014 hanya Rp350 ribu.
    Setelah menjalani perawatan sekian lama di RSJ, lanjut Anis, pasien-pasien yang dia kirim dulu ia jemput dan ia kembalikan kepada keluarga masing-masing. Meski demikian, ia tetap melakukan pengawasan dan memberikan obat secara berkelanjutan. Sebab, setelah keluar dari RSJ pasien tidak langsung sembuh total. Selain 11 penderita gangguan kejiwaan yang dia lepaskan dari pasungan, masih ada sembilan penderita lainnya di Sungai Limau yang ditangani Anis. Ke-9 penderita itu memang tidak dipasung tetapi berkeliaran di tengah masyarakat. Data kesemua pasien itu masih ia simpan dengan lengkap tetapi tidak etis dipublikasikan.
    Menjawab pertanyaan wartawan, Anis menyatakan kesediaan jika ditugaskan Bupati Padang Pariaman melalui Dinas Kesehatan untuk melakukan rehabilitasi kesehatan jiwa penderita di kecamatan lainnya. "Insya Allah, saya siap jika ditugaskan," katanya lagi.
    Selama hampir 33 tahun jadi PNS, Anis Hayati telah bertugas ke berbagai pelosok di Kabupaten Padang Pariaman, termasuk ke hampir semua desa di Kepulauan Mentawai. Bahkan, pascagempa dan tsunami melanda Mentawai, Oktober 2010, Anis Hayati pun ditugaskan ke daerah itu selama dua minggu, bahkan tanpa diberi bekal biaya oleh instansi yang mengirim.
    "Saya menerima penugasan dengan senang hati dan tulus. Sebelum berangkat, saya siapkan bekal makanan seperti rendang, beras dan alat memasak. Sebab, terbayang oleh saya kondisi di sana akan sangat sulit. Lagipula, saya tidak ingin mengosumsi makanan yang disediakan relawan asing yang belum tentu halal," cetus Anis Hayati. (damanhuri)

Senin, 12 Januari 2015

Maulid Nabi Dengan Tradisi Malamang dan Makan Bajamba

Maulid Nabi Dengan Tradisi Malamang dan Makan Bajamba

Padang Pariaman--Siang menjelang sore itu, sejumlah uniang-uniang menjujung jamba ke surau. Jamba yang berisi nasi lengkap dengan sambalnya, dibuat sedemikian rapi di rumahnya, lalu diangkut ke surau untuk dimakan bersama dalam sebuah jamuan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.
    Bagi masyarakat Padang Pariaman, mulai bulan ini hingga dua bulan mendatang adalah bulan tempat perpaduan antara adat dan agama, yang dilembagakan dalam tradisi. Jamba di jujung di kepala, sedangkan lamang dipegang pula di tangan. Untuk peringatan Maulid, yang namanya jamba dan lamang tidak dapat tidaknya. Itu harus ada, dan itu pula tradisi yang dilakukan sejak zaman saisuak di Padang Pariaman.
    Di Padang Pariaman ada ribuan banyaknya surau dan masjid. Nyaris semua tempat ibadah itu melakukan peringatan hari besar Islam tersebut dengan tradisi yang hampir bersamaan. Kecuali surau dan masjid yang terletak di bagian perkotaan atau yang telah berlabel Muhammadiyah, itu peringatan Maulid-nya dengan menggelar tablikh akbar atau ceramah agama dengan menghadirkan seorang ustadz.
    Peringatan Maulid itu dilakukan semalam sehari. Tak heran, sejak malam panitia peringatan itu di sebuah surau telah disibukkan oleh berbagai kesibukan, terutama menyambut tamu yang hadir. Dan dalam acara itu pula cara masyarakat kampung membangun suraunya, karena setiap masyarakat yang hadir memberikan sumbangan yang tidak ditentukan jumlahnya.
    Sumbangan yang dapat dari tamu undangan, serta dari rantau dan rang sumando dicatat dan diumumkan di papan pengumuman. Tentunya bukan bermaksud agar yang menyumbang jadi ria. Tidak. Tetapi, panitia ingin acara yang dilakukan itu terlaksana secara transparan, diketahui banyak orang, berapa uang masuk dan berapa uang keluar untuk keperluan sedeqah urang siak, serta keperluan buat sewa ini dan itunya.
    Sebenarnya, kalau dikaji secara ekonomi, bagi sebuah kepala keluarga pelaksanaan Maulid seperti badikia itu sangatlah besar modalnya. Bayangkan, semua makanan yang dibutuhkan tak ada yang tidak dibeli. Mulai dari buluah untuk buat lamang, ikan besar-besar, kue, dan buah-buahan. Tetapi, semiskin apapun rang Piaman, kalau acara itu telah tiba harus dilakukan. Dan semuanya harus pula diadakan.
    Bagi urang siak pandai badikia, bulan ini tentu merupakan bulan tempat mereka panen rezeki. Nyaris para tukang dikia itu tiap malam melakukannya sesuai undangan dari panitia. Apalagi, jumlah pandai dikia ini persentasenya bukan bertambah, tetapi berkurang dari masa-kemasa. Tukang dikia membaca riwayat Nabi Muhammad SAW, sejak proses kelahiran hingga wafat dengan cara membaca syair, dengan irama yang rancak, disukai oleh yang tua-tua terutama mereka yang mengerti akan makna yang dibaca tukang dikia demikian.
    Sedangkan dalam rumah tangga, yang suraunya tengah melakukan acara Maulid, merupakan momen pula untuk jalang-manjalang. Lamang yang dia masak, nasi yang ditanak tidak sekedar untuk diangkut ke surau. Tetapi sebagiannya juga untuk rumah mertua atau rumah orangtua suaminya. Inilah yang disebut dengan ipar besan, andan-pasumandan. Hanya musim Maulid itulah mereka bisa membawakan mertuanya makanan enak, karena anaknya sudah dipakai. (damanhuri)

Kamis, 08 Januari 2015

Kehadiran Jembatan Bukik Lubuk Alung Melengkapi Sejarah Nagari

Kehadiran Jembatan Bukik Lubuk Alung Melengkapi Sejarah Nagari

Lubuk Alung--Siang itu cuaca tidak terlalu panas. Matahari agak sedikit malu menampakkan wujudnya, sehingga banyak orang leluasa saja menjalankan aktivitasnya. Sejumlah pedagang keliling, sehari jelang pergantian tahun itu banyak pergi ke Koto Buruak, Lubuk Alung.
    Mereka tentunya sudah dapat kabar sebelumnya, kalau ada keramaian diatas jembatan Bukik Lubuk Alung tersebut. Yang namanya hiburan kalau diadakan, orang tanpa diundang pun akan tiba dengan sendirinya. Apalagi saat itu, LPPKN Nagari Lubuk Alung sengaja melakukan hiburan orgen tunggal, dan setahun diatas jembatan Bukik Lubuk Alung.
    Memang, jembatan yang membentang di atas Sungai Batang Anai menghubungan Korong Koto Buruak dengan Gantiang itu baru saja selesai dibangun. Jembatan itu merupakan satu dari empat jembatan yang ada di sepanjang jalan lingkar Duku - Sicincin. Di Koto Buruak, panjang jembatannya mencapai 185 meter.
    Tiga jembatan lagi terletak di Buayan, Kecamatan Anai, Pasie Laweh Lubuk Alung dan di Kapalo Hilalang. Sepertinya, dari empat jembatan yang merupakan mega proyek dari pusat ini, jembatan Bukik Lubuk Alung paling istimewa. Masih dalam tahapan pengerjaan, orang kampung sudah menikmati keindahan di atas jembatan tersebut.
    Walinagari Lubuk Alung, Harry Subrata bersama masyarakatnya tiap sebentar memposting perkembangan demi perkembangan yang sedang terjadi di jembatan itu. Bahkan, jembatan itu bagi rang Lubuk Alung adalah sejarah panjang, yang sudah lama jadi impian. Apalagi, yang namanya Lubuk Alung yang dilekatkan ke nama nagari itu, terletak di jembatan yang membentang demikian.
    Malam hiburan tahun baru, sengaja dilakukan di atas jembatan tersebut. Wagub Sumatera Barat, Muslim Kasim hadir, meskipun Bupati dan Wakil Bupati Padang Pariaman Ali Mukhni-Damsuar tidak hadir malam itu, karena banyak agenda lainnya yang diikuti kedua pasangan itu. Muslim Kasim yang bupati dua periode di daerah itu, tentu kepala daerah yang ikut merintis keberadaan jalan lingkar itu. Sebab, proses awal jalan lingkar dibangun sekarang, dimulai sejak tahun 2002 silam, saat pertama kali Muslim Kasim jadi bupati.
    Namun, sepuluh tahun lamanya MUslim Kasim berkuasa di Padang Pariaman, jalan lingkar yang akan mempercepat arus transportasi, dan menghilangkan kemacetan di Pasar Lubuk Alung dan Sicincin itu nyaris gagal. Seolah-olah hilang dari peredaran. Muslim Kasim diasyikkan dengan berbagai problema. Mulai dari kisruh dengan DPRD periode 2004-2009, sampai persoalan ketetapan ibukota kabupaten di Parit Malintang.
    Dan akhirnya dia jadi Wakil Gubernur Sumatera Barat, mendampingi Irwan Prayitno, politikus PKS yang turun gunung, dari DPR RI. Ali Mukhni yang sempat lima tahun mendampingi Muslim Kasim di Padang Pariaman tentu tak bisa berbuat banyak kala itu. Kebijakan seorang wakil sangat terbatas. Barulah, setelah Ali Mukhni terpilih pada 2010, geliat pembangunan jalan lingkar kembali bergema.
    Proses ganti rugi tanah dan tanaman masyarakat antusias dilakukan. Bupati Ali Mukhni pun telah memastikan, bahwa mulai tahun ini, jalan lingkar itu diaspal hotmix. Empat jembatan yang akan dilalui selesai dikerjakan. Ali Mukhni terkenal sebagai bupati gigih. Dimanapun kendalanya pembangunan jalan itu, selalu ada solusinya.
    Tiap sebentar Ali Mukhni mengunjungi jembatan Bukik Lubuk Alung. Termasuk jembatan yang tiga lagi. Baginya, kesuksesan pembangunan jalan lingkar dan jembatan tersebut, adalah prestasi yang sangat luar biasa. Dan tiap sebentar pula Ali Mukhni melakukan koordinasi dan komunikasi dengan tokoh masyarakat dan walinagari, tempat jembatan itu dibangun.
    Momen siapnya jembatan Bukik Lubuk Alung, merupakan tonggak sejarah penting yang akan ditancapkan masyarakat Lubuk Alung. Apalagi, pembangunan kantor walinagari pas di ujung jembatan, telah dimulai pula. Jembatan siap, kantor walinagari sudah pula dikerjakan nantinya. Lengkaplah sudah sejarah lama itu terwujud dengan baik.
    Jembatan Bukik Lubuk Alung, disamping sebagai penghubung, juga akan berfungsi sebagai objek wisata. Bila ingin makan enak, sambil menikmati kesejukkan angin, datanglah ke jembatan Bukik Lubuk Alung. Air Sungai Batang Anai yang mengalir jernih dibawah jembatan, seolah-olah ikut menemani gundah-gulananya pemikiran anak muda yang mengabadikan berbagai momen diatas jembatan itu. (damanhuri)

Minggu, 04 Januari 2015

Bantuan Itu Datangnya Saat Dibutuhkan

Bantuan Itu Datangnya Saat Dibutuhkan

Ulakan--Raut bahagia tampak terpancar dari wajah Railis. Perempuan 50 tahun itu merasa senang, saat menerima bantuan mesin pemotong ubi untuk usaha yang dirintis bersama suaminya. Ia pedagang keripik singkong tak menyangka sama sekali kalau mendapat bantuan mesin tersebut, yang sangat ia butuhkan dalam operasional produksi usahanya itu.
    Demikian itu terungkap, usai Railis menerima bantuan tersebut di halaman Masjid Agung Syekh Burhanuddin, Ulakan, Selasa lalu. Selain Bupati Ali Mukhni, penyerahan bantuan itu dihadiri Gubernur Sumbar Irwan Prayitno, yang menyerahkan bantuan koperasi dan UMKM kepada masyarakat Padang Pariaman.
    "Alhamdulillah, kami sangat bersyukur sekali mendapat bantuan pemotong ubi untuk membuat keripik singkong. Terima kasih Pak Bupati, semoga bantuan ini akan meiningkatkan jumlah produksi dan meningkatkan mutu usaha kami ini," ujar dia dengan senangnya.
    Perasaan serupa juga diungkapan Yanti. Perempuan 38 tahun itu merupakan seorang pedagang jagung rebus di Lubuk Alung. Ia mendapat bantuan gerobak yang lebih bagus untuk berjualan. Diakuinya, saat ini banyak sekali yang berjuaan jagung rebus di sepanjang jalan Lubuk Alung, sehingga mempengaruhi omset pemasukannya.
    Namun, ia optimis dengan adanya gerobak baru yang akan menarik calon pembeli dan tentunya akan menambah pemasukkan. Yanti mengaku mendapat jual beli sebesar Rp300 ribu perhari, dan kalau hari libur bisa mencapai Rp500 ribu.
    "Saya senang sekali mendapat bantuan dari Pak Bupati Ali Mukhni berupa gerobak untuk berjualan jagung rebus. Semoga nanti bisa menarik pembeli karena lebih bersih dan bagus dari yang sebelumnya. Mudah-mudahan bisa menambah pendapatan kami pula nantinya," kata Yanti.
    Bupati Ali Mukhni berharap, masyarakat dapat menggunakan bantuan tersebut dengan sebaik-baiknya. Ia minta pedagang untuk selalu menjaga kebersihan, dan gerobaknya pun dibersihkan supaya tahan lama dan pembeli pun akan banyak yang membeli. Pedagang dapat menerima dengan ikhlas bantuan itu. Jika ikhlas, Allah akan melipatgandakan rezeki dan mendapat nikmat yang berlimpah.
    Adapun bantuan yang diserahkan, antara lain bantuan PKL jagung rebus sebanyak 28 unit, bantuan mesin penyangrai kacang, mesin olahan tempurung dan coolbox ikan. Sedangkan dari Pemprov Sumbar berupa bantuan modal usaha untuk 171 PKL, masing-masingnya Rp2 juta, bantuan KUR untuk dua koperasi sebesar Rp22 juta, dan gerobak rakik kepiting sebanyak 25 unit.
    Bupati Ali Mukhni mengapresiasi Gubernur Irwan Prayitno yang sangat memberikan perhatian lebih kepada masyarakat padang Pariaman. Perhatian tersebut dibuktikan dengan banyaknya infrastruktur bertaraf internasional yang terletak di daerahnya, berkat dukungan dan peran aktif Gubernur Sumbar.
    Gubernur Irwan Prayitno menjelaskan, bahwa bantuan yang diterima itu berasal dari uang rakyat. Akan dilakukan pembinaan dan pengawasan dalam penggunaannya. Pemprov selalu menganggarkan setiap tahunnya bantuan modal usaha bagi UKM. Merupakan kewajiban pemerintah untuk membantu UKM. Tujuannya; pedagang semakin sejahtera dan meningkat taraf hidup masyarakat.
    Selain UKM, Pemrov juga telah banyak membantu Padang Pariaman terutama dalam infrastruktur dan pembebasan tanah. Hal itu didorong dengan keberadaan Bandara Internasional Minangkabau (BIM) yang menjadikan Padang Pariaman sangat strategis, sebagai daerah dengan pertumbuhan ekonomi yang menjanjikan.
    "Dana Pemprov banyak masuk ke Padang Pariaman, terutama untuk mendukung pembangunan mega proyek bertaraf internasional. Keberadaan BIM menjadikan Padang pariaman sebagai pusat pertumbuhan ekonomi yang menjanjikan. Apalagi Bupati Ali Mukhni orangnya jago lobi, dan sangat gigih dalam membangun daerah," kata Gubernur Irwan Prayitno dari trah PKS ini. (damanhuri)