wartawan singgalang

Senin, 05 Desember 2011

Pariaman Timur Menatap Masa Depannya

Pungguang Kasiak Lubuk Alung
Nomor Urut Calon Ditetapkan, Kampanye Dimulai

Lubuk Alung, Singgalang
    Lima calon Walinagari Pungguang Kasiak Lubuk Alung, Jumat (2/12) lalu mengambil nomor urut calon, sebagai sebuah prasyarat untuk melengkapi percaturan pemilihan. Pengambilan nomor urut demikian dilakukan di kantor wainagari setempat. Disamping dihadiri seluruh calon, juga disaksikan Ketua Bamus Pungguang Kasiak Lubuk Alung, Rahmat Tuanku Sulaiman serta sejumlah tokoh masyarakat.
    Nomor urut satu berhasil diraih Zakirman. Sementara, Abizar Datuak Simarajo dapat nomor urut dua. Sedangkan nomor urut tiga dikantongi Busrizal, nomor urut empat jatuh kepada Hendrizal, dan terakhir Maidison mendapatkan nomor urut lima. Pencabutan nomor urut sekaligus memulai kampanye, yang ditandai dengan penandatanganan kesepakan bersama, sekaligus dilakukan ikrar pemilihan walinagari yang santun, berkualitas, saling menjaga nilai-nilai kebersamaan.
    Kelima calon walinagari demikian nantinya akan memperebutkan 3.637 pemilih. Pemilih yang sebanyak itu tersebar dienam korong yang ada di Pungguang Kasiak Lubuk Alung. Masing-masing, Korong Ambacang, Kampuang Tangah, Kelok, Taluak Balibi Utara, Taluak Balibi Selatan, dan Korong Kampuang Baru.
    Saat ini berbagai spekulasi mulai mencuat ditengah masyarakat nagari yang baru saja dimekarkan itu, mulai terlihat. Berbagai persaingan sudah mulai nampak, dan dirasakan masyarakatnya. Sebagai pemilihan walinagari perdana, semua calon yang maju punya potensi yang bisa diandalkan untuk kemajuan nagari itu masa periode enam tahun kedepan.
    Ketua Bamus Pungguang Kasiak Lubuk Alung, Rahmat Tuanku Sulaiman kepada Singgalang, Minggu (4/12) menyebutkan, pemilihan akan digelar pada 18 Desember ini. Mulai 5-14 Desember, seluruh calon dibolehkan berkampanye. 16-17 Desember adalah masa tenang. "Kita berharap, pemilihan walinagari pertama ini mampu memberikan yang terbaik. Berlangsung aman, berkualitas dan bermartabat, sehingga membawa nagari ini kearah yang jauh lebih baik lagi," kata dia. (525)
----------------------------------------------------------------

Banyak Bangku SDN 14 Sintoga yang Punah

Sintuak, Singgalang
    Pascagempa akhir September 2009 lalu, kerusakan yang dialami SDN 14 Kecamatan Sintuak Toboh Gadang (Sintoga), Padang Pariaman belum bisa diperbaiki. Memang, sekolah itu mengalami rusak sedang. Tapi, kalau dibiarkan berlama-lama akan sangat mengkawatirkan. Sebab, setiap sudutnya mengalami keretakan yang cukup berat.
    Kepala SDN itu, Asmara Jaya kepada Singgalang belum bisa berbuat banyak untuk memperbaiki sekolah yang dia pimpin sejak setahun yang lalu itu. Tidak sekedar kerusakan itu saja, semua bangku untuk belajar anak saat ini banyak yang rusak, dan tak lagi pantas dipakai sebagai layaknya sebuah bangku pendidikan. Tetapi, karena memang itu kondisi adanya, habis gimana, ya terpaksa dimafaatkan saja.
    "Ada tiga lokal yang mengalami kerusakan, yang hingga saat ini belum tersentuh perbaikan. Untuk antisipasi bangku mana yang betul-betul tak lagi bisa dipakai, kita ganti dengan kursi plastik," kata dia kemarin.
    Asmara Jaya telah berusaha semaksimal mungkin untuk mendapatkan berbagai bantuan. Namun, pengajuan bantuan yang diajukan ke Pemkab Padang Pariaman lewat Dinas Pendidikan itu belum ada realisasinya sampai saat ini. Sedangkan, jatah pembagian dari dana BOS, sekolah itu juga kebagian sedikit, lantaran jumlah muridnya tak banyak pula.
    Dia berharap banyak, agar Pemkab Padang Pariaman bisa meringankan beban sekolah yang terletak di Korong Toboh Masjid itu. Baginya, kebagusan sebuah sekolah akan sangat menentukan mutu yang dihasilkan oleh sekolah terkait. Untuk itu, kedepannya sekolah ini harus bagus, nyaman buat anak-anak kampung yang sedang menatap masa depannya. (525)
-------------------------------------------------------------

-Khaiyar Calon Walinagari Sikabu
Menyempurnakan Pengabidian Ditengah Masyarakat

Lubuk Alung, Singgalang
    Khaiyar, calon walinagari Sikabu Lubuk Alung, Padang Pariaman dengan nomor urut satu ingin memberikan yang terbaik buat kampung halamannya. Baginya, maju menjadi calon walinagari adalah sebuah obsesi penampakkan dari sebuah keinginan untuk membangun nagari. Apalagi, Khaiyar juga dikenal sebagai satu diantara sekian tokoh yang bersikeras untuk melakukan pemekaran Sikabu dulunya.
    Bapak delapan orang anak ini telah lama berkiprah di Sikabu. Semasa nagari itu masih berinduk ke Lubuk Alung, dia seorang walikorong, yang bersentuhan langsung dengan masyarakat banyak. Dan semasa Sikabu dinyatakan sejajar degan nagari lainnya di Padang Pariaman, dan setelah pejabat walinagarinya dilantik, Khaiyar dipercaya sebagai Sekretaris Walinagari Sikabu Lubuk Alung.
    Kini, pria kelahiran 1954 itu ingin melanjutkan penganbidiannya ditengah masyarakat, lewat walinagari. Bersama empat orang calon walinagari lainnya, masing-amsing, Hidayat, Zakirman, Daswirman dan Effendi, Khaiyar berlomba untuk mendapatkan simpati masyarakat. Namun, modal yang cukup besar ada padanya, karena dia lama menjabat sebagai walikorong. Jelas, semua masyarakat Kenagarian Sikabu Lubuk Alung yang ada di empat korong, yakni Korong Kampuang Tangah, Balanti, Palak Pisang dan Korong Sikabu Bukit itu telah tahu dan mengenal Khaiyar.
    Menjawab Singgalang, Minggu (4/12), Khaiyar tidak bisa menjanjikan yang muluk-muluk. Baginya, potensi Sikabu Lubuk Alung tak begitu banyak. Apalagi nagari yang baru saja dimekarkan itu banyak dikelilili oleh wilayah Korong Koto Buruak, yang nagarinya Lubuk Alung. Namun, Sikabu adalah nagari yang dapat imbas dari hasil kekayaan Koto Buruak. Lihat sajalah, hampir semua ruas jalan yang ada di Sikabu pada rusak berat, akibat dari truk yang mengangkut galian C, sebagai sumber kekayaan Koto Buruak dan Balah Hilia.
    "Cuman yang jelas, kita ingin melanjutkan pergerakan yang dilakukan pada saat sebelum pemekaran dulu. Dimana, bersama seluruh komponen yang ada, kita bertekad untuk memberikan yang terbaik buat Sikabu Lubuk Alung. Untuk itu, dukungan masyarakat pemilih sangat menentukan dalam hal ini. Masyarakat punya otoritas yang tinggi, dalam arti penting kemajuan Kenagarian Sikabu Lubuk Alung enam tahun mendatang," ujarnya. (525)
-------------------------------------------------------------------

-Pariaman Timur Menatap Masa Depannya
Hanya Tiga dari 16 Sekdes yang Belum Dilantik

Pariaman, Singgalang
    Camat Kecamatan Pariaman Timur, Kota Pariaman, Alfian Harun terus memberikan spirit kepada masyarakat, agar ikut bersama membangun kecamatan baru itu kedepannya. Dari pergerakan yang dilakukannya sejak memimpin kecamatan itu, dari 16 desa yang ada, hanya tiga desa lagi yang hingga kini belum dilantik Sekretaris desanya. Yaitu Desa Kampuang Kandang, Kaluaik dan Desa Cubadak Mentawai.
    Kecamatan yang baru saja hadir setahun lalu itu merupakan pemekaran dari tiga kecamatan yang ada sebelumnya, Pariaman Tengah, Pariaman Selatan dan Kecamatan Pariaman Utara. Makanya empat desa yang dulunya masuk wilayah Kecamatan Pariaman Utara, yakni Desa Talago Sariak, Pakasai, Kampuang Baru Padusunan dan Desa Kampuang Ladang menjadi wilayah Pariaman Timur.
    Begitu juga empat desa di Pariaman Selatan, masing-masing, Desa Kaluaik, Kampuang Tangah, Kampuang Gadang, dan Desa Bungo Tanjung, kini bagian dari wilayah kecamatan ini. Sementara, untuk Pariaman Tengah ada delapan desa yang telah divalidkan untuk wilayah Pariaman Timur. Yaitu Desa Koto Marapak, Batang Kabuang, Bato, Sungai Sirah, Sungai Pasak, Air Santok dan Desa Cubadak Mentawai.
    Alfian Harun yang didampingi Kasubag Kemitraan Humas Setdako Pariaman, Batrizal menjelaskan, berkat kegigihannya turun langsung ketengah masyarakat, tampak bukti setoran PBB masyarakat tahun ini mencapai 85 persen. Ini artinya, kesungguhan masyarakat untuk maju dan berkembang sangat antusias. Dari Rp160 juta lebih PBB yang ditarget, itu terealisasi Rp130 juta lebih.
    Dalam sejarah adat, kata Alfian Harun, Kecamatan Pariaman Timur ini adalah satu kesatuan adat yang terhimpun dalam dua kenagarian, yakni Kenagarian IV Koto Sungai Rotan dan Kenagarian IV Angkek Padusunan. Hingga kini, tatanan adat itu berlaku mutlak. Punya otoritas tersendiri dalam menunatsakan sako jo pusako yang ada dilingkungan adat demikian.
    Kecamatan yang luasnya mencapai 18,81 kilometer persegi itu mempunyai 17.328 jiwa penduduk dan sekitar 3.977 kepala keluarga. Bagi Alfian Harun yang sekaligus putra kecamatan itu, berkiprah dengan merangkul banyak masyarakat adalah hal yang mutlak. Dia ingin, kecamatan itu berkembang dan dirasakan pula oleh masarakatnya sendiri. Untuk itu, hampir setiap saat selagi ada momen, ada-ada saja hal yang disampaikan ketengah masyarakat. (525)

Lareh Nan Panjang Pusat Kerajaan VII Koto Dulunya

Lareh Nan Panjang Pusat Kerajaan VII Koto Dulunya

VII Koto--Bagi masyarakat Kenagarian Lareh Nan Panjang, Kecamatan VII Koto Sungai Sariak, Padang Pariaman keberadaan sungai menjadi berkah trsendiri. Tak heran, empat sungai yang mengalir dikampung itu, yakni Sungai Batang Ampalu, Batang Piaman, Batang Mangoi dan Sungai Batang Balam mampu menghasilkan uang untuk kemajuan masyarakatnya. Ikan larangan yang dibuat disetiap sungai, pada saat dibongkar mampu mendatangkan uang buat pembangunan surau, laga-laga, serta keperluan masyarakat lainnya.
    Azrul Aswat Tuanku Mudo, Walinagari Lareh Nan Panjang yang telah memasuki dua periode memimpin pemerintahan nagari itu melihat, potensi nagarinya selain sungai yang banyak, juga ada sawah dan ladang. Tetapi, perjalanan sawah masyarakat saat ini agak tersendat, lantara banyaknya irigasi dikampung itu yang ikut hancur akibat gempa 2009 lalu. Mulai dari Irigasi Bungin, Patamuan, Banda Kalu, Irigasi Toboh, Tanjung Balik.
    "Irigasi yang sebanyak itu mengaliri sawah seluas 800 hektare yang tersebar di 10 korong yang ada di Lareh Nan Panjang. Masing-masing, Korong Ampalu, Ampalu Tinggi, Apar, Bungin, Padang Ampalu, Kampuang Baru, Kampuang Dama, Tanjung Balik, Toboh dan Korong Toboh Karambia. Disamping lahan sawah, masyarakat juga mengembangkan tanaman cokelat," kata dia saat bincang-bincang dengan Singgalang, Minggu (4/12).
    Kini, katanya, yang menjadi kendala berat bagi masyarakat Lareh Nan Panjang, adalah merajalelanya tupai pada tanaman kakao. Hingga saat ini belum ada antisipasi yang didapatkan untuk menumpas hama tanaman yang satu ini. Akibatnya, banyak kakao petani yang terbuang sia-sia, karena dimusnahkan oleh tupai demikian. Agaknya keberadaan kakao belum membawa banyak manfaat untuk sumber kehidupan petani. Malah, petani dinagari itu masih memanfaatkan tanaman tua, seperti kelapa yang telah mereka warisi. Melihat kondisi harga kelapa. Kalau harga di Pekanbaru, Riau kelapa mahal, maka masyarakat pun berlomba-lomba menjual kelapanya. Tetapi, kalau harga lagi anjlok, masyarakat dengan telatennya mengolah buah kelapa itu untuk dijadikan minyak goreng, alias minya tanak tangan, dan harganya pun bisa jadi mahal kembali.
    Nagari Lareh Nan Panjang merupakan pecahan dari Luhak Ampalu dulunya. Sebab, yang VII Koto itu adalah Sungai Sariak, Sungai Durian, Tandikek, Batu Kalang, Koto Baru, Koto Dalam dan yang ketujuh Ampalu, atau Luhak Ampalu. Perkembangan zaman, Ampalu menjadi tiga nagari, yakni Nagari Lareh Nan Panjang, Lurah Ampalu dan Nagari Balah Aie. Lareh Nan Panjang, atau Ampalu adalah pusat kerajaan VII Koto dulunya. Tidak sekedar itu, Masjid Raya VII Koto pun terletak di nagari demikian. Di masjid itulah kedudukan Ungku Kali VII Koto.
    Sebagai pusat kerajaan dan agama, banyak persoalan yang mencuat ditengah masyarakat VII Koto, sejak dulu duputuskan di masjid itu atau kalau tidak di pondok pesantren Luhur Kalampalaian, Ampalu Tinggi, juga Nagari Lareh Nan Panjang. Pesantren yang satu ini adalah pesantren tertua di Padang Pariaman. Banyak ulama besar dilahirkan di pesantren tersebut yang tersebar diberbagai daerah di Minangkabau ini. Bagi masyarakat Lareh Nan Panjang dan VII Koto, kedua lembaga demikian, masjid VII Koto dan pesantren Ampalu Tinggi adalah sejarah panjang.
    Menurut Azrul Aswat, Lareh Nan Panjang yang jumlah penduduknya sekitar 5.888 atau sekitar 1.313 kepala keluarga (KK), sebanyak 30 persen masyarakatnya masih hidup dibawah garis kemiskinan. Hampir semua masyarakat nagari itu hidup dari sumber pertanian sawah dan ladang. Baru akhir-akhir ini mulai tumbuh berbagai kelompok usaha kecil menengah. Seperti adanya usaha VCO. Usaha membuat minyak kelapa murni itu dilakukan oleh masyarakat yang telah punya skil, dan melihat peluang yang dihasilkan dari VCO demikian.
    Dalam tatanan adat, masyarakat Lareh Nan Panjang hidup dalam berbagai kelompok suku yang turun temurun sejak dulunya. Kesemua suku berada dibawah naungan panghulu. Ada empat panghulu yang menauangi semua suku yang ada. Mulai dari Datuak Bandaro Putiah yang kini dijabat oleh H. Damsuar, Wakil Bupati Padang Pariaman. Dia adalah panghulu kaum suku Koto, sekaligus diberi amanah sebagai Ketua KAN Lareh Nan Panjang. Kemudia Datuak Pono Intan dari suku Panyalai, Datuak Bandaro Panjang dan Datuak Marajo.
    Dulu, sebut Azrul Aswat, saat pemerintahan desa, wilayah Lareh Nan Panjang terdiri dari 14 desa. Sejak Kota Pariaman menjadi kota otonom, dua desa dalam Lareh Nan Panjang, yakni Desa Rambai dan Desa Pungguang Ladiang masuk kewilayah kota. Namun, secara adat istiadat yang dua desa itu tetap tidak bisa berpisah dari induknya, Lareh Nan Panjang. Jadi, secara pemerintahan mereka berinduk ke Kota Pariaman, dan secara adat tetap berkiblat ke Lareh Nan Panjang.
    Walinagari Azrul Aswat mencatat, ada 44 surau dan masjid dinagarinya. Bagi masyarakat VII Koto secara umum, setiap suku dan pecahannya punya sebuah surau. Namun, yang aktif membina anak TPA/TPSA hanya 14 surau. Bagi masyarakat kaum atau suku, yang jadi kebanggaan adalah shalat Tarwih di bulan Ramadhan, dan shalat Id di surau yang mereka buat secara berkaum itu. Walau demikian, kesemua surau dan masjid itu tetap saja berinduk ke Masjid VII Koto, yang terletak di Korong Ampalu. Disitulah sidang terletaknya. (damanhuri)

Kamis, 01 Desember 2011

Nagari Anduriang, Sudahlah Rimbo Kelam Pula

Nagari Anduriang, Sudahlah Rimbo Kelam Pula

Anduriang---Kenagarian Anduriang, Kecamatan 2 X 11 Kayutanam, Padang Pariaman satu diantara 10 nagari tertinggal didaerah bekas gempa itu. Kenapa bisa begitu ? Ada sebuah korong dikampung itu yang bernama Rimbo Kalam. Sudahlah rimbo, kalam pula. Artinya, korong yang satu itu sangat jauh dari kemajuan. Konon, korong yang berdekatan dengan pusat ibu kabupaten di Pasa Dama, Parit Malintang demikian baru akhir-akhir ini bisa menikmati penerangan listrik.
    Walaupun demikian adanya, Nagari Anduriang punya peran yang sangat strategis juga pada saat mempertahankan Indonesia merdeka, terutama pada era perperangan Belanda yang masuk pascakemerdekaan. Dimana, Anduriang berperan sebagai dapur umum. Dikampung itu sebagian TNI diberi makan selepas mengusir penjajah yang ingin menguasai negara ini kembali.
    Menurut cerita Zainuddin Datuak Panduko Sinaro, mantan Walinagari Anduriang pada era orde lama suatu ketika, ketulusan masyarakat Anduriang untuk saling berbagi sangat tinggi. Semisal harta kekayaan masyarakat berupa padi, itu dibagi dua. Seperdua untuk dimakan para pejuang, dan seperdua lagi untuk kehidupan keluarganya. "Kebijakan itu dilakukan, karena Anduriang terletak jauh dari pusat jalan utama, sehingga sangat memungkinkan untuk persembunyian para pejuang. Tersebutlah nagari itu sebagai tempat memberi makan para pejuang urang awak yang sedang gigih melawan musuh, yang makannya langsung dari masyarakat Anduriang itu sendiri," kata dia.
    Tidak sekedar itu, kata Zainuddin, masyarakat yang punya barang ternak, seperti kambing, ayam, kerbau sekalipun juga sebagiannya diperuntukkan buat penopang kekuatan TNI dalam berperang. Kebijakan itu diambil secara kesepakan bersama dalam nagari. Sebab, yang namanya berjuang tidak saja melawan penjajah. Ikut memberi makan TNI, itu juga dibilang berjuang mempertahankan kemerdekaan yang telah diproklamerkan.
    Sebagai sebuah nagari yang disebut sebagai ujuang darek, kapalo rantau, jelas punya peran yang cukup hebat pada saat musim perang dulu. Anduriang ini termasuk nagari yang duluan lahirnya dari Nagari Kayutanam. Dan bahkan, Kayutanam merupakan pemekaran dari Anduriang dulunya. Kantor walinagari yang pernah dibangun semasa pemerintahan Hindia Belanda, hingga kini masih ada.
    Orang yang pernah menjabat dinagari itu sejak dulunya telah cukup banyak. Setiap walinagari punya peran masing-masing, terutama dalam kemajuan nagari itu sendiri. Diantarnya, Maimun Datuak Rajo Api, Adinar Datuak Kayo, Datuak Rajo Ameh, Labai Jamin, Datuak Talanai, Zainuddin Datuak Panduko Sinaro, Amran Joni, Ibrahim Z dan kini Anduriang dipimpin oleh Ahmad Basri.
    Nagari yang memiliki tujuh korong, masing-masing, Korong Lubuak Aua, Lubuak Napa, Sipisang Sipinang, Kampuang Tangah, Balah Aie, Rimbo Kalam dan Korong Asam Pulau itu dinilai cukup berhasil diletakkan pondasi dasarnya kembali oleh Ibrahim Z. Sebab, Ibrahim merupakan walinagari devenitif pertama sejak era kembali kenagari diluncurkan pemerintah Sumatra Barat pada 2001 lalu. Buktinya, korong yang belum masuk listrik, dengan kegigihan Ibrahim akhirnya Rimbo Kalam masuk listrik. Masyarakatnya sudah bisa nonton tv.
    Dan semasa kepemimpinan Ibrahim nagari yang sebelah utaranya berbatasan dengan Nagari Gunuang Padang Alai, selatan dengan Nagari Lubuk Alung, timur dengan Nagari Sicincin dan barat dengan Kabupaten Solok itu, pada pemilu 2009 lalu memecahkan rekor perdana. Yakni, terpilihnya dua orang putra terbaik nagari itu sebagai anggota dewan terhormat di Padang Pariaman. Mereka, Masrizal dari PPP dan Pebforil dari Partai Demokrat. Sebelumnya, bahkan sejak dunia terkembang kampung itu tak pernah ada punya anggota dewan yang akan memperjuangkan masyarakatnya dilembaga legislatif.
    Nagari Anduriang yang pernah dapat bantuan program PKBS BBM senilai Rp250 juta, yang bertujuan untuk pengentasan kemiskinan semasa kepemimpinan Ibrahim itu langsung dibangun sebuah rajang alias jembatan gantung, yang panjangnya sekitar 50 meter, menghubungkan Korong Lubuak Napa dengan Korong Balah Aie. "Semasa belum ada rajang, anak kampung itu sekolah sangat susah. Mereka harus buka sepatu untuk menyeberangi sebuah sungai. Kadang kalau musim hujan lebat, air sungai jadi bertambah, anak-anak banyak meliburkan diri. Nah, kini hal itu tidak adalagi," sebut Ibrahim.
    Hingga kini, kenagarian yang memiliki penduduk sekitar 10.823 jiwa dan sekitar 2.587 kepala keluarga itu, 480 kepala keluarga diantaranya masih tergolong keluarga miskin yang harus diberdayakan. Pada umumnya, masyarakat Anduriang hidup dari pertanian, berupa sawah dan perkebunan jangka panjang, berupa pohon karet. Persoalan irigasi, Anduriang agaknya termasuk nagari yang kaya akan sumberdaya air. Buktinya, sawah disana tak pernah kekurangan air, karena irigasinya lancar dan sehat. (damanhuri)

Peragawan Paingan Dapat Bantuan Saran Olahraga

Peragawan Paingan Dapat Bantuan Saran Olahraga

Sungai Limau, Singgalang
    Dalam rangka menggiatkan kegiatan olahraga di nagari yang tersebar di Kabupaten Padang Pariaman, Dinas Pemuda dan Olahraga Pemkab setempat menyalurkan bantuan berupa peralatan olahraga kepada Perkumpulan Olahraga Warga Nagari (Peragawan Paingan), Nagari Guguak Kuranji Hilia, Kecamatan Sungai Limau.
    Bantuan berupa satu unit bola kaki, bola voli dan bola takraw itu langsung diantarkan oleh Kepala Dinas, Rasyiddin Ali. Dia mengharapkan, dengan adanya penyaluran peralatan olahraga ini kepada klub maupun perkumpulan olahraga yang ada di nagari akan mengurangi terjadinya kenakalan remaja.
    Menurut Rasyiddin Ali, bantuan ini disalurkan kepada kegiatan positif. Menumbuh-kembangkan semangat berolahraga ditengah masyarakat itu sendiri.
    H. Ali Akbar, sebagai Ketua Peragawan Paingan menyampaikan terima kasih atas perhatian Pemkab, dalam hal ini khusun untuk warga Guguak Kuranji Hilia. "Dengan adanya bantuan peralatan olahraga tersebut akan menambah lagi munculnya bibit-bibit baru dalam cabang olahraga yang ada di nagari ini," kata bakal calon Walinagari Guguak Kuranji Hilia ini.
    Ali Akbar melihat, latar belakang terbentuknya wadah Peragawan Paingan ini adalah karena keprihatinan beberapa orang tokoh masyarakat, dan sebagian besar pemuda melihat maraknya potensi kenakalan remaja yang disertai keinginan untuk berkarya dibidang olahraga ini. Pada tanggal 2 Mei 2010 yang lalu dibentuklah wadah ini, yang meliputi beberapa bidang olahraga yang memiliki potensi di Guguak Kuranji Hilia, diantaranya, sepakbola, badminton, bola voli, sepak takraw dan lain sebagainya.
    Adapun susunan kepengurusan Peragawan Paingan Paingan untuk masa bakti 2010-2014, Pembina; Walinagari, niniak mamak, tokoh masyarakat. Penasehat; Maifrizal Razali, Dahriwal. Pelatih; Yuti Irda. Sementara, pengurus harian, Ketua; H. Ali Akbar, Wakil Ketua; Sadri, Sekretaris; Dani M. Razali, Bendahara; Darmawati. Kepengurusan juga dilengkapi dengan bidang-bidang, seperti bidang sepakbola, takraw dan lain sebagainya. (525)

Kembangkan Bawang Merah

Nagari Gadur
Menjadikan Bawang Merah Sebagai Sentranya Padang Pariaman

Enam Lingkung---Kalau di Jawa ada dodol Garut, di Padang Pariaman ada dodol Gadur. Tapi itu dulu. Tepatnya ketika daerah bekas gempa itu dipimpin oleh Muslim Kasim. Kini, dodol Gadur itu sudah tidak adalagi. Pabriknya telah ditutup. Memang, Walinagari Gadur, Kecamatan Enam Lingkung, Irkaswandi selalu membuat terobosan baru dinagari yang dia pimpin. Tampil beda dalam memenej masyarakat, menjadi kesenangan walinagari termuda tersebut.
    Nagari Gadur merupakan pemekaran dari Nagari Koto Tinggi sejak 2004 silam. Irkaswandi merupakan walinagari pertama. Dia seorang anak muda yang dinilai punya banyak gagasan, yang mampu mendorong berbagai sektor perekonomian nagari itu bergerak kencang. Bahkan, Gadur dinyatakan nagari yang pertama kali terbebas dari kemiskinan, dari sekian banyak nagari yang ada di Padang Pariaman. Pada 20 Nopember kemarin, Irkaswandi kembali terpilih sebagai walinagari untuk periode kedua. Masyarakat Gadur masih mempercayakan soal kemajuan Gadur kepada serjana tekhnik demikian.
    Pemerintahan Nagari Gadur yang membawahi lima korong, masing-masing, Korong Kampuang Dalam, Batiah-Batiah, Kapuah, Simpang dan Korong Padang Bungo itu pernah mencatat sejarah pada 2008 lalu. Dimana, Walinagari Gadur, Irkaswandi terbaik satu tingkat Sumatra Barat dibidang pengentasan kemiskinan dan perekonomian. Memang, kampung kelahiran orang yang pernah berkuasa 10 tahun di Padang Pariaman itu dinilai pantas meraih prestasi demikian. Dalam cilotehan banyak orang dulunya, Gadur dikenal sebagai Cendana-nya Padang Pariaman.
    Kenapa tidak, setiap Muslim Kasim, yang kini Wakil Gubernur Sumbar itu pulang kampung, selalu ramai diekori oleh puluhan pejabat. Bagi pejabat Padang Pariaman, nama Nagari Gadur sudah tidak asing lagi. Karena dinagari itulah induk semang mereka dilahirkan. Bahkan, seorang Muslim Kasim adalah satu diantara niniak mamak yang 19. Dia diberi amanah menyandang Datuak Sinaro Basa, seorang panghulu dari kaum Suku Sikumbang. Hingga kini, meskipun Muslim Kasim telah berpindah tugas dari Pariaman ke Padang, fungsinya sebagai seorang niniak mamak tetap saja disandangnya.
    Saat ini Irkaswandi mencoba terobosan baru lagi, setelah dodol tidak lagi bisa dikembangkan, karena kalah bersaing dengan dodol keluaran Garut, Jawa Barat itu. Sejak beberapa tahun lalu, bersama petani kampung itu, Irkaswandi membangun dunia pertanian, khusus dibidang pembudidayaan tanaman bawang. Ganjil. Memang, tanaman yang satu itu hanya banyak ditemukan didaerah darek. Tapi, Irkaswandi tak ambil pusing. Dia kembangkan tanaman demikian di Gadur. Ada sekitar enam hektare lahan kini dipenuhi oleh bawang merah.
    "Hasilnya cukup lumayan. Bawang merah mampu merubah taraf hidup petani Gadur. Bahkan, banyak petani lain di Padang Pariaman yang sengaja datang ke Gadur untuk belajar cara mengembangkan tanaman bawang merah. Kita ingin, nagari Gadur ini dijadikan sebagai sentra bawang merah di daerah ini. Hampir setiap musim tanamnya, lahan yang ditanami bawang merah selalu bertambah. Ini artinya tingkat kemauan masyarakat cukup tinggi," kata dia saat ditemuai Singgalang, Minggu (27/11).
    Gadur yang luas wilayahnya 5,82 kilometer persegi itu sebelah utara berbatasan dengan Nagari Sungai Sariak, Kecamatan VII Koto dan Padang Bintungan, Kecamatan Nan Sabaris. Selatan dan timurnya berbatasan dengan Nagari Koto Tinggi, dan barat dengan nagari Pauh Kambar. Sebagai seorang yang dipercayai oleh masyarakat untuk yang kedua kalinya, Irkaswandi melihat Gadur butuh sarana pertanian yang modern. Mulai dari cara bercocok tanam, sampai kepada penggunaan alat pertanian yang maju, sehingga mampu mengembangkan pertanian kearah yang lebih bagus lagi.
    Baginya, masyarakat Gadur tidak boleh tergantungan terhadap lahan yang mereka hadapi. Artinya, sumber kehidupan masyarakat tidak mesti terpaku kepada satu lahan, atau satu sumber kemasukan. Untuk itulah butuh keberanian yang jitu dari pemimpin. Berani memikul risiko apapun yang dihasilkan dari komitmen demikian.
    Irkaswandi tidak menapik, meskipun nagari yang dia pimpin telah dinyatakan bebas dari kemiskinan. Keluarga miskin tetap saja ada. Namun, persentasenya sudah jauh berkurang. "Bahkan, saat ini ada 20 kepala keluarga miskin di Korong Padang Bungo yang mendapatkan bantuan berupa dana zakat produktif dari pihak ketiga. Mereka diberikan dana itu setiap tahun dengan catatan, dana demikian dikembangkan untuk usaha rumahtangganya. Seperti ternak kambing, ayam atau usaha lainnya, yang mungkin untuk dikembangkan dengan dana sebesar Rp500 ribu tersebut," sebut Irkaswandi.
    Menurut dia, nagari yang dihuni oleh masyarakat yang bersuku Guci, Sikumbang, Tanjung, Koto, Jambak dan Suku Panyalai itu dinaungi oleh 19 niniak mamak-nya. Dari sebanyak itu niniak mamak, dikomandoi oleh seorang pucuak adat, yakni Datuak Rangkayo Indomo, yang kini dijabat oleh Wilson, salah seorang pejabat di Pemkab Padang Pariaman. "Disamping mengembangkan tanaman bawang, Nagari Gadur yang memiliki penduduk sekitar 3.000 jiwa lebih itu, juga tengah mengembangkan minyak goreng yang diolah secara tradisional dari buah kelapa, alias minyak tanak tangan yang dikembangkan oleh Petugas Penanggulangan Kemiskinan Lapangan (P2KL) yang ada di Gadur," ujar Irkaswandi. (damanhuri)